Berita Misi Anak, 18 Januari 2025.
Michelle, dari Mongolia.
Michelle yang berusia tiga belas tahun sedang berbicara dengan sahabatnya, Enkhjin, di sebuah pertemuan klub Pathfinder, dan Enkhjin berkata kepadanya bahwa ia berencana untuk dibaptis pada hari Sabat.
"Apakah kamu tidak ingin dibaptis bersama-sama?" tanyanya.
Michelle berpikir, "Haruskah saya dibaptis, atau haruskah saya menunggu? Saya akan menanyakannya kepada ibu saat saya pulang nanti."
Dengan suara lantang, ia menjawab, "Saya tidak tahu."
Enkhjin tampak kecewa. Kedua gadis itu telah belajar tentang Yesus di kelas Pathfinder bersama-sama. Mereka telah mempelajari Alkitab bersama-sama. Sekarang Enkhjin ingin memberikan hatinya kepada Yesus melalui baptisan, dan ia ingin Michelle juga bersamanya. Ia terlihat sedih, tetapi dengan lantang ia hanya berkata, "Baiklah, baiklah."
Michelle memutuskan untuk berbicara dengan ibunya.
Ketika ia kembali ke rumah, pertama-tama ia pergi ke kamar tidurnya untuk mengganti seragam Pathfinder-nya. Di kamar tidurnya ada kakak sepupunya, yang juga bernama Enkhjin.
"Saya akan dibaptis pada hari Sabat," kata Enkhjin. "Bagaimana kalau kita dibaptis bersama-sama?"
Michelle sangat terkejut! Pada satu hari, dua orang anak perempuan bernama Enkhjin telah memberitahukannya bahwa mereka berencana untuk dibaptis. Dalam satu hari, dua anak perempuan bernama Enkhjin memintanya untuk dibaptis.
Saat itu ia benar-benar ingin bicara dengan ibunya. "Saya harus bicara dengan ibu," katanya.
Enkhjin tampak kecewa. Mereka telah mempelajari Alkitab bersamasama. Pada musim panas itu, mereka telah pergi ke pertemuan penginjilan setiap malam di gereja mereka bersama-sama. Sekarang ia ingin memberikan hatinya kepada Yesus dalam baptisan, dan ia ingin Michelle juga ikut bersamanya.
Michelle menemui ibunya. Dia tidak menceritakan tentang percakapannya dengan Enkhjin atau Enkhjin. Ia hanya bertanya, "Apakah saya harus dibaptis pada hari Sabat yang akan datang?"
Ibu tampak berpikir. Ayah sedang berada di luar kota untuk bekerja, dan ia tahu bahwa ayah tidak ingin melewatkan pembaptisan putrinya. "Ayah sedang pergi, jadi dia tidak akan bisa melihatnya," katanya. "Mengapa kamu tidak dibaptis pada perkemahan besar Pathfinder di Korea Selatan saja?"
Dalam beberapa pekan, Michelle berencana untuk pergi ke Korea Selatan untuk menghadiri perkemahan Pathfinder dari seluruh Mongolia dan negara-negara lain.
Tetapi ide ibu tidak masuk akal bagi Michelle. Baik ayah maupun ibu tidak berencana untuk pergi ke perkemahan tersebut. Jika ia menunggu, tak satu pun dari mereka akan melihat pembaptisannya. Pada saat itu, ia tahu keputusan apa yang harus ia ambil. Jika ia tidak memberikan hatinya kepada Yesus pada hari Sabat mendatang, akan selalu ada alasan untuk menunggu sampai nanti. Ia mengasihi Yesus dengan segenap hatinya, dan ia ingin menyerahkan hatinya kepada-Nya. Ia berkata kepada ibunya, "Lebih baik saya dibaptis sekarang juga."
Ibu tersenyum. "Baiklah, pergilah dan dibaptis sekarang juga," katanya. Sepupu Michelle, Enkhjin, sangat senang ketika mendengar bahwa mereka akan dibaptis bersama. Sahabat Michelle, Enkhjin, sangat bahagia ketika mendengar bahwa mereka akan dibaptis bersama.
Pada hari Sabat, mereka naik bus dan pergi ke sungai bersama dengan orang-orang yang akan dibaptis.
Tepat sebelum Michelle masuk ke dalam sungai, sebuah pertanyaan muncul di kepalanya.
"Apakah saya benar-benar siap?" pikirnya. "Apakah ini benar-benar keputusan saya?"
Ia teringat bagaimana sahabatnya memintanya untuk dibaptis. Dia bertanya-tanya, "Apakah saya dibaptis karena Enkhjin meminta saya?" Ia teringat bagaimana sepupunya memintanya untuk dibaptis. Ia bertanya-tanya, "Apakah saya dibaptis karena Enkhjin yang lain mengajak saya?" Ia ingat bagaimana ibu menyarankan agar ia menunggu. Kemudian ia teringat betapa ia mengasihi Yesus dan bagaimana ia ingin hidup bagi-Nya hari ini dan selamanya. Akhirnya ia dibaptis dengan senyum bahagia.
Setelah itu, banyak orang mengucapkan selamat kepada Michelle atas keputusannya.
"Kamu telah membuat keputusan yang paling penting dalam hidupmu," kata seseorang.
Hari ini, Michelle sangat bahagia karena dia dibaptis. Dia bisa saja menunggu dan terus berkata, "Besok, besok, besok." Tetapi sebaliknya, dia mengambil keputusan terbesar dalam hidupnya pada hari musim panas itu.
"Saya selalu tahu bahwa saya ingin memberikan hati saya kepada Yesus, tetapi saya tidak tahu kapan waktu yang tepat," katanya. "Sekarang saya tahu bahwa waktu yang tepat bukanlah besok, tetapi hari ini."
Michelle adalah seorang siswa di Sekolah Tusgal di Ulaanbaatar, Mongolia. Persembahan Sabat Ketiga Belas sebelumnya digunakan untuk membantu sekolahnya membangun ruang kelas baru dan perpustakaan. Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu membuka pusat rekreasi anakanak di Ulaanbaatar, di mana lebih banyak anak dapat belajar tentang Tuhan.