Berita Misi Anak, 11 Januari 2025.
Itgel, dari Mongolia.
Itgel adalah seorang anak laki-laki berusia 10 tahun yang berasal dari Mongolia. Namanya, Itgel, berarti “iman” dalam bahasa Mongolia. Itgel memiliki kepercayaan yang besar.
Ketika tahun ajaran baru dimulai, Itgel sangat bersemangat untuk kembali ke sekolah Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di mana ia belajar di Ulaanbaatar, ibu kota Mongolia. Ia sudah siap untuk memulai kelas empat.
Namun, kegembiraannya hanya berlangsung selama sepekan. Di akhir pekan pertama sekolah, semua anak laki-laki dan perempuan berkumpul untuk mengikuti hari olahraga. Itgel senang beraktivitas di luar ruangan. Sangat menyenangkan berada di udara terbuka. Ia berlari dan berlari secepat mungkin.
Namun, malam harinya, Itgel merasa tidak enak badan. Kakinya terasa sangat sakit. Ia hampir tidak bisa bergerak. Ibu merasa khawatir, dan ia meletakkan tangan di bagian dahinya. Itgel merasa tubuhnya sangat panas. Ibu dan ayah membawa anak itu ke rumah sakit.
Ketika dokter memeriksa Itgel yang demam tinggi dan mendengar tentang rasa sakit di kakinya, ia juga khawatir. Ia mengeluarkan jarum suntik dan menyuntik Itgel. Itgel pun harus dirawat di rumah sakit.
Malam itu, Itgel mencoba untuk tidur, tetapi sulit untuk tidur ketika dia merasa sangat panas dan kakinya sangat sakit.
Ia berdoa dalam hati, "Tuhan, tolong sembuhkan saya secepatnya."
Di pagi hari, dokter memberikan suntikan lagi kepada Itgel. Pada siang hari, dokter memberinya suntikan ketiga.
Itgel mulai merasa sedikit lebih baik. Tetapi dia masih tidak bisa berjalan. Kakinya sakit dan terasa sangat lemah. Dokter menyuruhnya untuk tidak berusaha berdiri. Seorang perawat membantunya duduk di kursi roda agar ia bisa berkeliling di rumah sakit.
Itgel merasa senang dengan kursi rodanya, tetapi ia ingin berjalan. Ia ingin kembali ke sekolah. Ia sudah merindukan temantemannya. Ia berdoa dalam hatinya, "Tuhan, tolong sembuhkan saya dengan cepat. Saya berharap bisa berjalan sendiri. Saya ingin kembali ke sekolah dan bertemu dengan teman-teman saya."
Dia tidak tahu kapan dia bisa pulang, tetapi dia percaya bahwa Tuhan akan menyembuhkannya. Dia bertekad untuk terus berdoa. Ketika dia bangun keesokan harinya, dia langsung berdoa, "Tuhan, tolong sembuhkan saya dengan cepat. Saya ingin segera bisa berjalan sendiri. Saya ingin kembali ke sekolah dan bertemu dengan teman-teman saya."
Ketika dokter datang untuk menolongnya, dia berdoa, "Tuhan, tolong sembuhkan saya dengan segera. Saya ingin bisa berjalan sendiri. Saya ingin kembali ke sekolah untuk bertemu dengan teman-teman saya."
Ketika dia pergi tidur di malam hari, dia berdoa, "Tuhan, tolong sembuhkan saya dengan segera. Saya ingin bisa berjalan sendiri. Saya ingin kembali ke sekolah dan bertemu dengan teman-teman saya." Selama dua pekan, Itgel terus berdoa.
Suatu hari, dokter berkata, "Mari kita lihat bagaimana keadaanmu." Dia melihat anak itu, menyuntiknya, dan berkata, "Kamu sehat! Kamu boleh pulang ke rumah."
Itgel sangat senang! Senyum lebar menghiasi wajahnya. Tuhan telah menjawab doanya.
Ketika Itgel kembali ke sekolah, teman-temannya memiliki banyak pertanyaan. Mereka sangat merindukannya.
"Apa yang terjadi?" tanya seorang anak laki-laki. "Saya benarbenar sakit," kata Itgel.
"Bagaimana kamu bisa sembuh?" tanya seorang anak laki-laki lainnya.
"Tuhan menyembuhkan saya," kata Itgel. "Saya benar-benar sakit, tetapi sekarang saya sudah sembuh karena saya berdoa."
Beberapa teman Itgel tidak berasal dari keluarga Kristen dan tidak percaya kepada Allah.
"Apa?" kata seorang anak lakilaki. "Itu hanya keberuntungan semata bahwa kamu bisa sembuh."
"Tidak mungkin," kata yang lain. "Kamu tidak mengatakan yang sebenarnya." Itgel tidak terkejut. Ia tidak marah. Ia tahu bahwa teman-temannya tidak mengerti karena mereka tidak mengenal Allah. Tetapi ia mengenal Allah, dan ia tahu bahwa Allah telah menyembuhkannya.
"Kamu dapat mengatakan apa pun yang kamu suka, tetapi itu benar," katanya. "Allah telah menyembuhkan saya."
Itgel ingin teman-temannya mengenal Allah. Sejak sakitnya, ia tidak pernah berhenti bercerita tentang Tuhan.
Nama Itgel berarti "iman", dan ia bertekad untuk selalu beriman kepada Tuhan. "Meskipun beberapa teman saya tidak percaya kepada Tuhan, saya tetap percaya kepada-Nya," katanya. "Saya telah melihat bahwa Dia telah menyembuhkan saya."
Berdoalah untuk Itgel dan teman-temannya di Sekolah Tusgal di Ulaanbaatar, Mongolia. Persembahan Sabat Ketiga Belas sebelumnya digunakan untuk membantu sekolahnya membangun ruang kelas dan perpustakaan. Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu membuka pusat rekreasi anak-anak di Ulaanbaatar, di mana anak-anak dapat belajar tentang Allah yang menjawab doa.