Berita Misi Advent, 8 Februari 2025.
Bold Batsukh, dari Mongolia.
Catatan editor: Ini adalah kisah tentang bagaimana Bold Batsukh, pendeta Advent Hari Ketujuh pertama di Mongolia, menyerahkan hatinya kepada Tuhan pada awal tahun 1990-an. Kisah ini dimulai dengan Bold yang berjuang untuk belajar bahasa Inggris di sebuah universitas di Mongolia. Ia meminta saudara kembarnya untuk memperkenalkannya kepada beberapa orang Amerika yang mengajarinya bahasa Inggris dan tentang Tuhan. Ia bertekad untuk belajar bahasa Inggris dari mereka dan, jika perlu, menunjukkan kepada mereka bahwa Kekristenan tidak memiliki tempat di Mongolia.
Orang-orang Amerika itu tidak bertemu di gereja, tetapi di ruang tamu rumah mereka.
Mereka menyambut Bold dengan ramah ketika ia datang bersama saudara kembarnya ke gereja rumah mereka di ibu kota Mongolia, Ulaanbaatar.
Itu adalah pengalaman yang sangat tidak biasa bagi Bold. Sekitar 20 orang duduk melingkar di lantai, bernyanyi dari buku nyanyian. Lirik lagu-lagu itu tampak sangat aneh bagi Bold. Ia bingung sekaligus geli. Ia berpikir, "Apa yang mereka maksud dengan 'hosana'? Mengapa mereka bernyanyi tentang 'Anak Domba'?" Dia menutupi wajahnya dengan buku nyanyian untuk menyembunyikan tawanya.
Setelah kebaktian, orang-orang Amerika memimpin kelas Sekolah Sabat. Mereka berbicara tentang mimpi Raja Nebukadnezar dalam Daniel 2.
Bold terpesona dan memiliki banyak pertanyaan. Namun, dia tetap diam.
Kemudian salah seorang Amerika menyampaikan khotbah singkat. Tidak ada satu pun kata-kata yang masuk akal bagi Bold. Pendeta itu berbicara tentang sebuah gambaran dalam kitab Wahyu yang tidak dipahami Bold. Pendeta itu berbicara tentang kedatangan Yesus kembali, dan Bold bertanya-tanya, "Ke mana Dia pergi, dan mengapa Dia perlu kembali?"
Setelah makan siang, kelompok gereja rumah pergi ke panti asuhan untuk membuat kerajinan tangan dengan anak-anak.
Ketika Bold kembali ke rumah malam itu, dia merasa senang. Itu adalah hari yang baik, dan dia senang membantu anak-anak. "Saya harus memberi orang Amerika kesempatan," pikirnya. "Mungkin saya harus mendengarkan ide-ide mereka."
Dia dengan bersemangat menunggu Sabat berikutnya.
Setelah khotbah Sabat, ia duduk bersama orang-orang Amerika dan mendengarkan. Apa yang didengarnya sangat berbeda dengan apa yang diajarkan kepadanya. Orang Amerika itu membuka Alkitab hingga kitab Kejadian dan menceritakan kisah Penciptaan. Bold sangat tertarik. Dia telah belajar dengan seorang guru dari agama tradisional Mongolia selama dua tahun ketika masih kecil, tetapi gurunya tidak dapat menjelaskan asal mula kehidupan. Gurunya menceritakan sebuah legenda tentang debu yang menyatu dan membentuk bumi. Namun, legenda tersebut tidak menjelaskan asal-usul air, udara, dan makhluk hidup. Untuk pertanyaan-pertanyaan itu, sang guru tidak punya jawaban. Tetapi Alkitab memiliki jawaban yang jelas tentang semua hal itu.
Bold memiliki banyak pertanyaan, dan ia mulai mengajukannya. Para misionaris Amerika menjawab pertanyaan-pertanyaannya dari Alkitab. Ketika mereka mengetahui bahwa ia mengerti bahasa Rusia, mereka memberinya sebuah Alkitab dalam bahasa Rusia. Pada saat itu, hanya Perjanjian Baru yang tersedia dalam bahasa Mongolia, sehingga dengan Alkitab Rusia, Bold memiliki akses untuk membaca seluruh Firman Allah.
Pada hari Sabat ketiganya di gereja, seorang misionaris berkata, "Mengapa Anda tidak mengajarkan kisah-kisah Perjanjian Lama dengan menggunakan metode kempa untuk anak-anak?"
Bold terkejut. Ia merasa tidak memenuhi syarat untuk mengajarkan Alkitab kepada siapa pun.
Misionaris itu mendorongnya untuk mencoba. "Lakukan saja," katanya.
Tantangan itu membuat Bold penasaran, jadi ia setuju.
Pekan itu, ia dengan hati-hati membaca Perjanjian Lama dalam bahasa Rusia dan membuat catatan dalam bahasa Mongolia. Pada hari Jumat, ia pergi ke rumah para misionaris dan memilih alat kempa yang akan ia gunakan keesokan harinya. Pada hari Sabat, ia menceritakan kisah-kisah Perjanjian Lama dalam bahasa Mongolia kepada para hadirin di gereja rumah tersebut.
Di rumah, Bold terus membaca Alkitab, dan dia menemukan jawaban atas semua pertanyaannya. Dia belajar bahwa Tuhan dan Iblis itu nyata. Ia membaca dalam Kejadian 3 bahwa Iblis, yang menyamar sebagai ular, membawa dosa dan maut ke dalam dunia. Dia juga membaca dalam Kejadian 3 bahwa Allah membuat rencana untuk menyelamatkan manusia. Sebagai hasilnya, ia belajar bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, dan orang-orang yang percaya kepada Yesus memiliki hidup yang kekal. Dalam Yohanes 3: 16, ia membaca, "Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal."
Dia memberikan hatinya kepada Yesus.
Saat ini, Bold adalah seorang pemimpin Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Mongolia. Dia memiliki keistimewaan sebagai pendeta Advent Mongolia pertama dan juga pendeta Mongolia pertama yang mendapat pengurapan. Ia juga fasih berbahasa Inggris.
"Saya belajar dari Alkitab tentang Allah yang penuh kasih yang menciptakan kita dan, ketika kita berdosa, datang untuk menyelamatkan kita. Hal itu lebih menarik daripada apa pun yang pernah saya pelajari sebelumnya. Saya memberikan kesempatan kepada Alkitab, dan itulah mengapa saya menjadi seorang Advent hari ini."
Dia mengatakan bahwa meskipun dia menderita setelah ayahnya meninggal, dia menemukan Tuhan sebagai gantinya.
"Meskipun itu adalah suatu musibah dalam hidup saya, namun akhirnya menjadi sesuatu yang baik," katanya. "Dengan datang kepada Kristus, saya menemukan jawaban atas semua pertanyaan saya. Tuhan menyertai saya selama itu."
Berdoalah untuk orang-orang Mongolia yang, seperti Bold, sedang mencari jawaban. Sebagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu membuka pusat rekreasi anak-anak untuk membagikan Injil di Ulaanbaatar, Mongolia. Terima kasih telah merencanakan persembahan yang murah hati pada tanggal 29 Maret.