Berita Misi Advent, 18 Januari 2025. 

Tserenjav Danzan, dari Mongolia.



“Mereka adalah Mata-Mata.”

Seorang ibu merasa kesal ketika putrinya yang berusia 22 tahun, Debbie, sudah mulai pergi ke Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh di Mongolia.

"Jangan pergi ke pertemuan orang Amerika," katanya. "Mereka adalah mata-mata."

Saat itu bulan September 1992, dan Mongolia berada dalam masa transisi setelah Komunis jatuh.

Kemarahan sang ibu semakin menjadi-jadi ketika Debbie memutuskan untuk menyerahkan hatinya kepada Yesus melalui baptisan pada tahun 1993. Debbie adalah orang Advent pertama yang menjadi percaya di Mongolia setelah keruntuhan Komunis.

"Orang Amerika adalah orangorang jahat," kata ibu. "Mereka adalah mata-mata, dan mereka akan menghancurkan negara kita dengan memenangkan hati kita dan kemudian memanfaatkan kita."

Kekristenan bukanlah agama tradisional di Mongolia, tetapi ibu menganggap semua agama itu buruk. Dia adalah seorang ateis yang sangat mendukung komunisme. Melalui pengaruhnya, banyak orang menjadi anggota partai. Berkat karyanya, ia dianugerahi pin khusus Marx, Engels, dan Lenin, dan ia memakainya dengan bangga.

Sepertinya tidak mungkin ibu akan berubah pikiran mengenai Tuhan. Debbie meninggalkan Mongolia selama dua tahun untuk belajar di Adventist International Institute of Advanced Studies (AIIAS) di Filipina. Ketika kembali ke rumah, ia mengajak ibu ke sebuah kelompok pendalaman Alkitab kecil yang ia bentuk. Pada saat itu, Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh Mongolia yang masih berkembang sebagian besar terdiri dari kaum muda, dan kelompok pendalaman Alkitab kecil itu ditujukan untuk orang-orang yang lebih tua. Lima anggota pertama kelompok ini adalah ibu, dua saudara perempuannya, ibu dari pendeta Mongolia yang pertama, dan ibu dari seorang anggota gereja lainnya.

Ibu sangat berhati-hati dengan kelompok pendalaman Alkitab yang kecil ini, tetapi ia juga penasaran. Dia telah melihat perubahan dalam diri Debbie. Debbie yang tadinya sombong, kini menjadi lemah lembut. Yang tadinya suka memerintah, kini ia menjadi penurut kepada ibunya dan menghormati kakaknya.

"Dia telah berubah," pikir ibu. "Apa yang menyebabkan dia berubah?"

Kemudian saudara perempuan Debbie, yang dulunya sangat menentang kekristenan, juga dibaptis. Ibu melihat bahwa ia juga telah berubah.

Itu sudah cukup. Pada tahun 2000, ibu memutuskan untuk menyerahkan hidupnya kepada Allah di surga. Ia dibaptis dan bergabung dengan Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh pada usia 53 tahun. Bahkan, kelima anggota kelompok pendalaman Alkitab kecilnya akhirnya dibaptis.

Setelah menjadi perekrut aktif untuk Lenin, ibu menjadi saksi yang bersemangat bagi Tuhan. Setelah menjadi pencari anggota untuk partai, ia menjadi pencari domba-domba yang hilang untuk kerajaan. Melalui pengaruhnya, banyak orang memberikan hati mereka kepada Yesus.

Ibu tetap setia sampai kematiannya. Dia tidak hanya mencintai Tuhan, tetapi dia juga suka memberi miliknya kepada Tuhan. Ketika ia menjadi sangat lemah sehingga tidak bisa lagi pergi ke gereja, sebuah gereja rumah diorganisasikan di rumahnya. Dia mengatakan bahwa ibadah tidak lengkap tanpa persembahan, jadi, atas permintaannya, sebuah kotak persembahan dibawa ke tempat tidurnya agar dia dapat memberikan persembahan secara pribadi.

Ibu meninggal pada tahun 2020 karena kanker kantung empedu usia 74 tahun. Namun, ia tetap menjadi seorang saksi bahkan setelah kematiannya.

Pemakaman tradisional Mongolia biasanya melibatkan banyak ritual yang mahal. Namun, atas permintaannya, ia dimakamkan di pemakaman Kristen yang sederhana. Pemakamannya sangat berbeda dari pemakaman pada umumnya sehingga kerabatnya merasa heran. Mereka menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dari agama Kristen.

"Wow, pemakaman yang sangat damai," kata salah seorang.

"Saya ingin pemakaman saya seperti itu," kata yang lain.

Tetapi kesaksian ibu tidak berhenti sampai di situ. Dia melanjutkan kesaksiannya dari batu nisannya di pemakaman. Batu nisannya berisi janji yang tertulis dalam Yesaya 30: 18, "Berbahagialah semua orang yang menanti-nantikan Dia!"

Sesaat sebelum dia meninggal, dia berkata kepada Debbie, "Pengharapan saya ada di dalam Kristus. Saya ingin beristirahat sampai Dia datang."

Sekarang ibu sedang menantikan Tuhan untuk membangunkannya pada pagi yang indah itu.

Terima kasih atas Persembahan Sabat Ketiga Belas Anda yang akan melanjutkan pekerjaan misionaris ibu yang bernama Tserenjav Danzan dan umat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh yang setia lainnya yang sekarang beristirahat di dalam kubur mereka di Mongolia. Sebagian dari persembahan triwulan ini pada tanggal 29 Maret akan membantu membuka sebuah pusat rekreasi yang akan mengajarkan anak-anak dan orang tua mereka tentang Yesus di ibu kota Mongolia, Ulaanbaatar.




Bagikan ke Facebook

Bagikan ke WhatsApp