Artikel // Kajian Misiologi // Kamis, 8 September 2022
Orang Kristen manakah yang tidak mengenal Amanat Agung dalam Mat 28:19-20? Ayat yang menutup kitab injil pertama dengan powerfull, pesan penutup yang dicatat oleh Matius yang pernah menjadi pemungut pajak. Matius seorang lewi yang seharusnya menjadi suporter dalam melayani umat namun justru menjadi antek penjajah roma dalam memalak umat Allah. Pekerjaan memungut pajak untuk penjajah roma adalah penghianatan. Ketika Yesus makan dirumah matius, kawan - kawan matius sesama pemungut pajak ada disana (Mat 9:10). Maka bertambah kebencian orang farisi kepada Yesus sebab Dia duduk makan dengan para penghianat, frasa “Duduk Makan” dalam konteks yudaisme kuno adalah ekspresi penerimaan. Perlu kita ketahui Yesus tidak membela dosa para pemungut pajak, justru Yesus mengkonfirmasi keberdosaan mereka dengan pernyataan figuratif “Orang Sakit” (Mat 9:12). Perbedaan Yesus dan para farisi adalah belas kasih, Yesus berbelas kasih mengobati mereka yang sudah kronis terhadap dosa. Disaat yang sama Yesus memposisikan diri-Nya sebagai tabib yang dibutuhkan orang sakit karena dosa, Yesus mengklaim profesi-Nya sebagai penyembuh dari penyakit dosa. Kita tahu hasil belas kasih Sang Tabib Yesus Kristus yang menyembuhkan matius. Tidak tanggung - tanggung injil matius yang pertama dalam urutan kitab - kitab Injil. Dan kitab Injil yang pertama ini diakhiri dengan amanat agung dari Yesus: Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku…(Mat 28:19). Mendengar itu barangkali dalam benak matius, seorang lewi yang bukan saja melayani kaum ibrani namun seorang lewi yang akan melayani bangsa - bangsa demi Kristus. Matius si penginjil!
Sama seperti matius si penginjil, jutaan laskar Kristus terdorong oleh amanat agung ini. Jutaan orang Kristen dari berbagai tempat rela menempuh jarak & hambatan perjalanan demi mengamalkan amanat agung ini. Para prajurit Kristus yang mengorbankan banyak hal yang bahkan mereka tidak menganggap itu sebuah pengorbanan tapi wujud cinta mereka kepada Sang Juruslamat. Apakah Anda juga merasakan dorongan kuat dari amanat agung?
Adapun sebuah perdebatan, amanat agung bukanlah judul yang tepat dalam merangkum Mat 28:19 & 20 dikarenakan keseluruhan kitab suci adalah amanat agung. Tidak bermaksud mempertajam perdebatan yang bersifat sekunder ini, hanya bermaksud memberi suatu sudut pandang. Amanat agung dalam Mat 28:19 tidak mengatakan pesan lain dari kitab suci kurang agung, tapi sebagai rangkuman & ujung dari kontinuitas pesan Injil. Sebab itu, tidak menjadi masalah untuk menyebutnya dengan Amanat Agung.
Mari kita mulai memperdalam makna dan pesan yang terkandung dalam amanat agung ini. Matius 28:19 mengatakan: ‘ουν’ (karena itu), merupakan kata penghubung/conjunctive particle yang berkonteks pada ayat 18 (Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi). Kuasa penuh, otoritas penuh dan kedaulatan penuh ada dalam Yesus. Deklarasi ini memberikan landasan yang kokoh terhadap Amanat Agung.
Selanjutnya saat anda membaca Matius 28:19 & 20a dalam terjemahan baru LAI, anda akan menemukan setidaknya empat kata perintah/imperatif yang sejajar dalam ayat tersebut.
· Pergilah
· Jadikanlah murid
· Baptislah dan
· Ajarlah.
Sekilas tidak ada yang salah dengan argumen tersebut, namun bermasalah jika kita menggali dalam kaidah bahasa asli kitab perjanjian baru. Saya mengajak anda kedalam tindakan eksegesis gramatika (menarik keluar makna berdasarkan kaidah bahasa aslinya), sebuah praktik dalam hermeneutik (ilmu tafsir Alkitab) sehingga isi pekabaran secara bertanggung jawab dapat disajikan (eksposisi).
Memang terdapat empat kata kerja/verba didalam teks Matius 28:19-20a, namun jika diuraikan (parsing) maka sangat jelas kita akan melihat hanya ada satu kata kerja utama berbentuk imperatif/kata perintah dan tiga kata kerja berbentuk partisip. Akan saya jabarkan perbedaannya hanya dalam aspek mood/modus (hubungan antara tindakan dengan kenyataan).
Empat kata kerja dalam Matius 28:19 & 20a, observasi aspek mood/modus/keadaan:
1. Pergilah - πορευθεντες - poreuthentes: verba modus partisip
2. Jadikanlah Murid - μαθητευσατε - matheteusate: verba modus imperatif/perintah
3. Baptislah - βαπτιζοντες - baptizontes: verba modus partisip
4. Ajarlah - διδασκοντες - didaskontes: verba modus partisip
Anda bisa liat perbedaan mencolok, kita dapati hanya satu kata kerja perintah disana, dan ada tiga kata kerja partisip yang menerangkan tugas. Dalam kaidah yunani koine, bentuk partisip adalah kata sifat yang berasal dari kata kerja yang menerangkan partisipasi dalam tindakan/keadaan yang dilakukan oleh kata kerja utama atau bisa dikatakan tiga kata tersebut menerangkan lebih lanjut apa yang dilakukan kata kerja utama. Sederhananya kata kerja “Pergilah, Baptislah dan Ajarlah” adalah kata kerja yang berfungsi menerangkan lebih lanjut kata kerja perintah “Jadikanlah Murid.” Lebih sederhana, Kristus memerintahkan “Jadikanlah Murid” semua bangsa dengan cara “Pergilah, Baptislah dan Ajarlah.” Suatu amanat agung yang sistematis!
Bagi yang awam mengenai kaidah bahasa yunani koine (yunani perjanjian baru) mungkin tidak setuju sebab melihat kata “Jadikanlah Murid” diurutan ke dua dalam keseluruhan kalimat. Perlu diketahui dalam yunani koine, urutan kata dalam kalimat bukanlah unsur yang menentukan tata bahasa namun tiap komponenlah yang menentukannya. Saya akan berikan contoh:
Yoh 1:1b …καὶ(kai) Θεὸς(Theos) ἦν(en) ὁ(ho) Λόγος(Logos).
Jika dibaca berdasarkan urutan kata maka: …καὶ (dan) Θεὸς(Allah) ἦν(adalah) ὁ Λόγος(Firman Itu) ~ “…dan Allah adalah Firman itu.” Ini adalah terjemahan yang keliru sebab urutan tidak menentukan tapi komponen kata - kata yang menentukan. LAI sudah menerjemahkan dengan tepat: …dan Firman itu adalah Allah. Meski dalam ayat ini terdapat dua kata nominatif/subjek, yaitu Θεὸς(Theos) dan Λόγος(Logos) namun kata logos yang menjadi subjek utama. Sebab kata ὁ(ho= itu/sang/the) merupakan definit artikel/kata sandang yang berfungsi menentukan subjek utama dalam kalimat, karena kata ὁ(ho) diberikan pada Λόγος(logos) maka logos menjadi subjek utama dalam kalimat dan kata theos menjadi predikatif nominatif/kata benda yang bertugas menjelaskan kualitas subjek. “dan Firman itu adalah Allah” ini terjemahan yang tepat, dengan demikian menekankan kembali bukan urutan kata yang menentukan tapi komponen tiap kata dalam kalimat adalah penentu.
Dari eksegesis tersebut kita dapat menarik beberapa implikasi yang sangat dalam dan praktikal, sebuah pesan tentang tugas yang jelas serta praktik yang sistematis dalam mengamalkan amanat agung. Sebelum menjabarkan kata “Pergi, Baptis dan Ajar” kita perlu mengetahui tiga kata tersebut bukanlah tiga cara/metode yang terpisah melainkan kesatuan proses untuk memenuhi satu perintah “Jadikan Murid.” Mereka yang menggabungkan diri dalam pekerjaan Injil harus menyadari bahwa ketiga hal tersebut harus menjadi kesatuan proses yang bersifat kontinuitas, kesatuan proses yang tidak dapat dipisahkan. “Tiga Tindakan Dalam Satu Proses.”
Pertama:
Pergilah! merupakan tindakan “Pewartaan Injil,” ini tidaklah sama dengan mengajar. Objek dari pewartaan adalah mereka yang belum menerima/mendengar Injil (jangkauan keluar) semua bangsa yaitu tanpa batasan geografis tanpa batasan sosial tanpa batasan suku, sedangkan objek dari mengajar adalah mereka yang telah menerima Injil. Oleh sebab naturnya adalah berita bukan materi pengajaran maka semua orang Kristen sebenarnya berpotensi dalam melakukan pewartaan Injil. Saya tidak akan membahas panjang lebar mengenai pewartaan Injil secara teologis, namun ada satu hal urgent yang ingin saya angkat. Sebuah bumper sticker teologi/slogan teologis, anda barangkali pernah mendengar slogan “Menginjil Dengan Berbuat Baik.” Saya meyakini ini adalah slogan teologis yang sangat berpotensi menyesatkan & mereduksi tindakan penginjilan “Pergilah!”
Bagi pengunanya, slogan ini lahir dari perintah Kristus yaitu menjadi terang menjadi garam. Menurut saya tidak demikian, slogan ini justru lahir dari presuposisi kritik. Kritik terhadap krisis gereja masa kini yang mewartakan Injil namun kehidupan tidak berbuah. Dari presuposisi kritik melahirkan slogan “Menginjil Dengan Berbuat Baik” sebagai respon kritis dari kondisi “Menginjil tapi hidup tidak menjadi baik.”
Kita perlu berhati - hati dengan slogan ini, sebab secara tidak sadar kita dapat mereduksi tindakan penginjilan. Ini bukan sebuah teori isapan jempol belaka atau dugaan kosong tanpa bukti. Saya mendapati pandangan dari anggota gereja berkata ‘kita tidak perlu buat KKR lebih baik uangnya dipakai untuk pekerjaan kebajikan’ atau pandangan ‘kita tidak perlu mengkhotbahkan injil hanya perlu melakukan Injil.’ Saya ragu dengan definisi Injil yang mereka pahami. Terlepas dari beberapa hal yang memang perlu dibenahi soal KKR baik teknis, motif dan hasil, namun pandangan menginjil dengan berbuat baik sangat berpotensi misleading dan berbahaya karena Injil yang murni diganti dengan injil sosial (prodak dari teologi liberal). Slogan ini menggiring orang untuk tidak merasa penting lagi pewartaan dan menggantinya dengan hidup berbuah saja, padahal arti Injil adalah “Warta Baik / Kabar Baik / Berita Baik.” Maka bentuk dari Injil adalah informasi, mengunakan kata-kata adalah tindakan yang tepat mewartakan berita baik. Ada dampak lain yang cukup signifikan dari slogan 'menginjil dengan berbuat baik', slogan ini mendorong khotbah - khotbah praktis yang berpusat kepada manusia. Khotbah - khotbah tidak lagi berpusat kepada Injil dan kebenaran Kristus, melainkan berpusat kepada kebenaran manusia. Tidak sadarkah anda mimbar digunakan untuk ceramah motivasi hidup, sukses, etika yang dimana kebenaran Kristus tidak diberitakan gantinya kebenaran manusia? Tepat yang dinatskan kitab suci: Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok… Wahyu 3:20 menggambarkan Kristus yang berada diluar (gereja laodikia yang sibuk bicara kebenaran sendiri sehingga Yesus menjadi orang asing). Ironi bukan? itulah sebabnya saya katakan slogan ini dapat menyesatkan dan mereduksi tindakan penginjilan.
Pikirkan ini! Bagaimanakah orang dapat mengetahui maha seriusnya dosa dan Kristus sebagai solusi tunggal, tanpa pemberitaan? Dari perbuatan baik apa, orang dapat mengetahui maha seriusnya dosa dan Kristus sebagai solusi tunggal? TIDAK! Orang dapat mengetahuinya lewat pemberitaan. Lagi pula perbuatan baik apa yang membuat orang masuk dan bertahan dalam komunitas gereja? Justru orang bertahan dalam gereja oleh sebab Injil itu, walau gereja menjadi tempat yang tidak nyaman untuk mereka namun Injil tersebut mengikat mereka didalam komunitas gereja. Sebaliknya mereka berada dalam gereja karena hubungan sosial saja tanpa pertumbuhan akan kebenaran, orang tersebut sangat rentan meninggalkan komunitas percaya. Saya tidak mengatakan perbuatan baik tidaklah penting maksud saya adalah perbuatan baik buah keselamatan wajib dan memang bagian dari penginjilan namun tidak menjelaskan Injil dengan utuh, itu baru tindakan permulaan dan tidak berhenti sampai disana. Perbuatan baik sebuah pintu masuk dan dilanjutkan dengan pewartaan yang adalah puncak dari kerja "Pergilah". Sang Juruslamat mengundang kita terlibat dalam kerja pewartaan Injil bahkan jika merasa belum cukup mampu menyampaikannya (personal evangelism), kita dapat terlibat dalam kegiatan penginjilan yang komunal seperti KKR atau sesi - sesi lain yang adalah alat-Nya dalam menjangkau jiwa - jiwa. Pada hakekatnya, penginjilan adalah tindakan pewartaan. Berita Kristus adalah Anak Allah menjadi manusia yang tidak berdosa namun menderita tersalib dan mati untuk menjadi subtitusi bagi orang berdosa, namun Ia bangkit mengalahkan maut sehingga kita yang percaya kepada-Nya memperoleh kepastian kebangkitan dalam hidup yang kekal pada kedatangan-Nya yang kedua kali. Pewartaan ini yang memenuhi proses awal dari amanat agung “Jadikanlah Murid.”
Kedua:
Baptislah! tindakan penting selanjutnya dari kesatuan proses “Jadikan Murid.” Hal yang perlu kita sadari baptisan bukan syarat keselamatan melainkan sambutan dari mereka yang telah percaya pasca pewartaan Injil, karena itu keliru jika menakut - nakuti calon baptisan dengan hilangnya kesempatan dibaptis sebab musibah dan tragedi lainnya. Jemaat mula - mula yang terkenal dengan kebanjiran baptisan tidak mengunakan pendekatan seperti ini. Tugas kita adalah memberikan pembuktian Iman yang menjangkau “Rasio”(akal) sedangkan meyakinkan adalah karya Roh Kudus, karena meyakinkan melibatkan “Perasaan Emosi dan Kehendak” yang diluar kontrol manusia. Tentu dengan penuh usaha kita terlibat tapi kita tidak berfokus kepada tindakan mengejar target baptisan yang dapat merusak citra penginjilan itu sendiri sehingga pekerjaan kudus ini dicibir orang. Penginjilan bukan sebuah tindakan pemasaran prodak yang salesnya didorong oleh target, mereka yang tulus datang kepada Kristus bukan karena kecerdasan kita dalam meramu strategi melainkan otoritas Roh Kudus orang memberi diri dibaptis.
Adapun perdebatan dikalangan awam, bahwa amanat agung ini hanya untuk para gembala dengan alasan pekerjaan membaptis bukan ranah jemaat awam. Ini bukanlah topik yang substansi untuk diperdebatkan sebab penekanan dalam Mat 28:19 bukanlah hal tersebut melainkan perihal formulasi baptisan yang Trinitarian: …baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, Mat 28:19b. Frasa ‘dalam nama’ - το ονομα merupakan background otoritas! Yang dimaksud adalah membaptis dalam otoritas/kuasa ‘of the Father, of the Son, of the Holy Ghost. Jika anda melihat latar belakang kuno, contohnya seseorang pembawa pesan akan ditanya ‘atas nama siapa kamu datang?’ pertanyaan itu adalah usaha mengidentifikasi kuasa Sang Tuan dari pembawa pesan bukan sekedar mencari informasi identitas. Ekspresi ini bisa kita temukan dalam Yoh 5:43 dimana Yesus datang atas nama Bapa-Nya, Yesus tidak berbicara literal soal nama Bapa melainkan berbicara atas nama/otoritas/kuasa Bapa. Bagi anda memahami yunani koine dan membaca Mat 28:19 dalam teks yunani, anda akan sadar bahwa setiap pribadi memiliki definit artikel/kata sandang masing - masing: τοῦ(of the) Πατρὸς(Father) καὶ(and) τοῦ(of the) Υἱοῦ(Son) καὶ(and) τοῦ(of the) ῾Αγίου Πνεύματος(Holy Ghost). Definit artikel diberikan kepada 3 subjek, namun walaupun ada 3 oknum tapi hanya ada 1 nama atau 1 otoritas. Menekankan 3 subjek yang berotoritas sama dan satu terhadap objek yang dibaptis. Hal ini yang menjadi core dalam isu baptisan. Mereka yang menerima Juruslamat menerima juga konsep Allah Tritunggal, mengakui pluralitas pribadi dalam hakekat-Nya yang esa. Pribadi - pribadi Allah yang setara dan sama natur/hakekat, tidak terpisah dan terbagi namun bisa dibedakan satu sama lain (doktrin perikoresis). Mengapa doktrin Trinitas perlu diangkat? sebab keselamatan kita tidak terlepas dari peran tiga pribadi KeAllahan. Bapa yang merancang keselamatan serta mengutus Kristus, Kristus yang mengeksekusi penebusan dan Roh Kudus menyertai serta menopang rencana keselamatan (trinitas ekonomis). Ketiga pribadi itu bekerja bersama dan ketiganya terlibat aktif dalam pekerjaan keselamatan (inseparable operations doctrine). Setelah anda menerima Juruslamat dari pemberitaan Injil, anda diundang untuk berelasi dengan Allah Tritunggal Maha Kudus. Allah Esa pada hakekat/naturnya & berkeberadaan dalam tiga pribadi yang berbeda, ini bukan doktrin pagan buatan gereja murtad tapi ajaran Kitab Suci sendiri. Memang tidak ada istilah trinitas dalam Alkitab tapi konsepnya sangat melimpah baik perjanjian baru dan perjanjian lama. Sama halnya dengan doktrin inkarnasi, tidak ada istilah inkarnasi dalam Alkitab tapi konsepnya melimpah baik perjanjian lama maupun perjanjian baru.
Dua proposisi dari Alkitab mengenai KeAllahan:
1. Alkitab menyatakan Allah itu esa (Ul 6:4, Yoh 10:30).
2. Alkitab menyatakan ada pluralitas dalam diri Allah (Kej 1:26, Kej 3:22, Kej 11:7).
Alkitab juga menyatakan tiga pribadi yang menyandang sifat ilahi:
(perjanjian lama: Bapa, Malakh YHVH/Anak Manusia dan Roh Kudus) ~ (perjanjian baru: Bapa, Putra dan Roh Kudus). Bapa merupakan sumber segala sesuatu dan Putra yaitu Firman adalah hikmat-Nya dimana segala sesuatu diciptakan melalui Firman-Nya dan Roh Kudus adalah sumber hidup dari-Nya. Firman & Roh Kudus digambarkan sebagai pribadi & pribadi-pribadi itu memiliki hakekat KeAllahan yang satu dan sama dengan Bapa. Hakekat keAllahan hanya 1 sebab tidak ada seperti Allah (tidak ada mahluk yang Omnipotent Omnipresent Omniscient selain Allah saja) dan didalam-Nya tinggal Sang Firman dan Sang Roh. Melihat dua proposisi tersebut bahwa Allah itu esa dan disaat yang sama ada tiga pribadi yang menyandang sifat ilahi maka Tritunggal adalah istilah yang tepat merangkum kedua proposisi tersebut. Selain itu, terdapat satu doktrin menarik yang dipopulerkan oleh kaum puritan yaitu doktrin aseity yang mengajarkan bahwa Allah cukup pada diri-Nya sendiri. Dalam kaitan dengan doktrin tritunggal adalah doktrin ini memahami bahwa sifat Kasih Allah yang sudah ada dan terjadi didalam diri-Nya sendiri bahkan sebelum ada ciptaan. Kasih yang intra (didalam) trinitarian, kasih antar pribadi Allah. Allah tidak membutuhkan pihak eksternal untuk membuktikan Dia adalah kasih, sebab sebelum penciptaan dan didalam kekekalan yang lampau sudah terjalin kasih antar pribadi KeAllahan. Kita dapat melihat ekspresi kasih yang intra trinitarian dalam kitab suci seperti:
Yoh 10:17 Bapa mengasihi Aku…
Ams 8:30 & 31 aku ada serta-Nya sebagai anak kesayangan, setiap hari aku menjadi kesenangan-Nya, dan senantiasa bermain-main di hadapan-Nya;
aku bermain-main di atas muka bumi-Nya dan anak-anak manusia menjadi kesenanganku.
Anda dapat melihat proposisi Alkitab yang konsisten menjelaskan konsep tritunggal. Sebaliknya Alkitab menolak paham Allah yang tunggal secara pribadi sebab Allah yang tidak plural dalam diri-Nya sendiri tidak dapat mengklaim diri-Nya adalah Kasih, oleh karena kata kasih adalah kata yang relasional yang dapat diekspresikan kepada pihak lain. Jika Dia adalah pribadi yang tunggal bagaimana Dia mengekspresikan Kasih itu didalam diri-Nya sendiri sebelum ada ciptaan? Jika Kasih-Nya ada nanti pada masa mencipta, maka Allah "MEMBUTUHKAN" objek ciptaan untuk mengekspresikan kasih-Nya. Tentu tidak, kasih Allah dengan mencipta bukanlah suatu yang Ia butuhkan melainkan Ia berkehendak. Tindakan penciptaan mendemonstrasikan kuasa-Nya yang kreatif, wujud kuasa-Nya tergambar dalam dunia yang harmonis yang menggambarkan sifat Allah itu sendiri yang mana harmonisasi kasih itu terjadi didalam diri-Nya sendiri. Sebab itu saya yakin hanya Allah tritunggal yang dapat mengklaim diri-Nya kasih karena kasih itu sudah terjalin antara pribadi - pribadi KeAllahan sejak kekekalan.
Alasan lain point ini diangkat karena diluar sana banyak ajaran bidat yang berpotensi menyesatkan umat Allah, umat yang kurang dibekali dengan kebenaran akan rentan terhadap penipuan oleh para bidat sempalan. Seperti bidat sabelian masa kini (oneness pentecostalism) yang memahami Allah hanya satu pribadi namun bermanifestasi dalam tiga peran, sederhananya mereka percaya hanya ada satu pribadi saja yang mana diperjanjian lama bermanifestasi Bapa dan dimasa inkarnasi bermanifestasi Anak dan dimasa perjanjian baru bermanifestasi Roh Kudus. Tidak ada pribadi yang berbeda hanya ada perwujudan yang berbeda, BAPA KRISTUS DAN ROH KUDUS adalah pribadi yang sama tapi tampil dalam tiga mode yang berbeda ditiga masa yang berbeda. Pandangan ini sangat merendahkan wibawa kitab suci sebab jika hanya satu pribadi maka Kristus berdoa kepada diri-Nya sendiri? begitu banyak ayat kitab suci menjadi absurd ketika mengunakan kacamata sabelian. Bidat lain adalah arianisme masa kini (saksi yehuwa), yang percaya bahwa Bapa & Kristus tidak setara. Bapa adalah Allah yang sejati satu - satunya dan Kristus bukanlah Allah sejati, Kristus hanya memiliki natur yang seperti Allah. Bidat ini melihat hirarki antara Bapa dan Kristus dan menyimpulkan Kristus tidak setara dengan Bapa dalam konteks hakekat, padahal hirarki itu dalam konteks relasi bagaimana ketiga pribadi itu bekerja. Dalam hakekat ketiga-Nya setara dan sama tapi saat bekerja ada hirarki "Bapa mengutus Anak, Anak mengutus Roh Kudus" (subordinasi fungsional bukan subordinasi ontologis).
Bidat ini juga lancang mengatakan Kristus diciptakan, bidat ini mencomot nats Amsal 8:22 tentang personifikasi חָכְמָה - khokmah (hikmat) yang adalah Kristus. Dikatakan Hikmat/Kristus diciptakan menurut teks:
Amsal 8:22 TUHAN telah menciptakan aku sebagai permulaan pekerjaan-Nya, sebagai perbuatan-Nya yang pertama-tama dahulu kala.
Bantahan pertama: Jika yang dimaksud menciptakan seperti dalam Kej 1:1 Pada mulanya Allah menciptakan…(בָּרָא - bara= mencipta dari kekosongan/creatio ex nihilo) maka harusnya penulis Amsal mengunakan kata בָּרָא - bara (menciptakan), tapi faktanya penulis Amsal tidak mengunakan kata בָּרָא - bara dalam teks Amsal 8:22 melainkan mengunakan kata קָנָנִי - qanani dari kata dasar/shoresh קָנָה - qanah. Kata קָנָה - qanah artinya memperoleh, mendapat, memiliki. Saya berikan contoh teks Alkitab yang mengunakan kata קָנָנִי - qanah:
...maka kata perempuan itu: "Aku telah mendapat... Kej 4:1 Kata ‘Aku telah mendapat’ adalah קָנִיתִי - qaniti dari shoresh/akar kata קָנָה - qanah artinya mendapat/memiliki.
Ayat lain
...dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh bahan pertimbangan... Amsal 1:5 Kata ‘memperoleh’ disitu adalah יִקְנֶה - yiq’neh (dia akan memiliki) bentuk shoresh/akar katanya adalah קָנָה - qanah artinya mendapat/memiliki.
Bisa dilihat pengunaan kata קָנָה - qanah dalam teks suci yang lain (rentang semantik) tidak mengindikasikan unsur mencipta, jadi pengunaan kata קָנָה - qanah ‘memiliki memperoleh’ tidaklah sama dengan menciptakan seperti kata בָּרָא - bara dalam Kej 1:1. Prinsip ini sesuai dengan terjemahan versi KJV:
Amsal 8:22 The LORD possessed(memiliki) me…
Satu penegasan lagi! Ambil contoh penciptaan si malaikat murtad dimana waktu Allah menciptakan ia, kata yang dipakai adalah בָּרָא - bara = mencipta dari kekosongan/creatio ex nihilo. Dalam Yeh 28:15 Engkau tak bercela di dalam tingkah lakumu sejak hari penciptaanmu sampai terdapat kecurangan padamu. Kata penciptaanmu berasal dari kata הִבָּֽרְאָ֑ךְ - hibbarak dari bentuk shoresh/akar katanya adalah בָּרָא - bara, sangat mudah disimpulkan bahwa ketika berbicara tentang mahluk ciptaan seperti malaikat maka dipakai kata mencipta (בָּרָא - bara) sedangkan kepada Kristus tidak digunakan kata tersebut.
Alasan kedua: Bidat arian menganggap Kristus sebagai ciptaan namun ciptaan yang harus disembah maka bidat arian ini memposisikan diri sebagai penyembah berhala. Sebab diujung lidah yang satu menyebut Kristus sebagai ciptaan dan dicabang lidah yang lain menyembah Dia sebagai mahluk yang patut disembah, secara implikasi logis tidak ada definisi lain yang dapat disimpulkan selain bidat ini menyembah ciptaan yang merupakan definisi dari penyembah berhala. Tidak sampai disana saja, dengan mengatakan Yesus ciptaan maka kebenaran Injil direduksi. Bapa menukar ciptaan sebagai media penebusan untuk ciptaan, ciptaan ditukar dengan ciptaan? Ini benar-benar mengaburkan keindahan Injil! Betapa lancangnya bidat arian ini, pandangan yang mereduksi dan menurunkan kehormatan Bapa yang mengutus Anak-Nya yang berasal dari diri Bapa sendiri. Kebenaran Bapa yang rela menukar Anak-Nya yang berasal dari diri-Nya untuk tebusan bagi ciptaan yang berdosa menggambarkan pesan betapa luas dan besar Kasih Bapa (Yoh 3:16). Selain itu, dengan mengatakan Kristus diciptakan maka implikasinya adalah Kristus tidak kekal dan pernah ada waktu dimana Dia tidak eksis. Ini jelas sangat keliru karena argumen ini akan menabrak prinsip total Alkitab mengenai Kristus yang adalah pencipta dan pemilik ciptaan! Jika Dia pencipta pasti Ia bukan ciptaan begitu juga sebaliknya.
Bidat ini juga menolak Roh Kudus sebagai pribadi, menurut pandangan mereka Roh Kudus hanyalah kuasa dari Bapa atau atribut impersonal yang intrinsik dari dalam Bapa. Tentu pandangan ini keliru sebab tidak mungkin Roh Kudus dapat berduka jika Ia hanyalah kuasa yang impersonal:
Yes 63:10 Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh Kudus-Nya;
Efs 4:30 Dan janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah,
Jelas Roh Kudus adalah pribadi sebab hanya pribadi yang bisa berduka, hanya pribadi yang memiliki "Perasaan Kehendak dan Emosi." Banyak premis - premis yang dapat membantah paham bidat ini hanya sesi ini tidak berfokus kepada topik heresiology.
Penekanan dalam point ini adalah setelah anda menerima Juruslamat dari pemberitaan Injil dan memberi diri dibaptis dalam formulasi Trinitarian, maka Anda diundang untuk berelasi dengan Allah Tritunggal Maha Kudus yang telah:
· Merancangkan
· Memenuhi
· Memelihara keselamatan Anda.
Ketiga:
Ajarlah! bagian ini adalah bagian yang terabaikan, pekerjaan dianggap selesai dan sukses ketika baptisan memenuhi target tertentu (tidak disemua tempat). Kekeliruan besar sebab proses amanat agung tidak berhenti pada membaptis tapi mengkader mereka menjadi murid Kristus, yang diajar suatu saat akan mengajar (proses yang berkelanjutan). Lagipula "Ajarlah" bukan kehendak manusia, melainkan kehendak Allah agar umat kepunyaan-Nya bertumbuh kokoh dalam kebenaran: Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran (1 Tim 2:3 & 4). Dengan demikian amanat agung tidak hanya menjangkau keluar, namun justru menjangkau juga yang sudah didalam (jangkauan kedalam). Dengan cara mengajar jiwa - jiwa yang baru untuk sungguh - sungguh hidup sebagai murid-Nya sebab banyak yang mengikuti Kristus sebagai partisipan saja, tapi tidak benar - benar menjadi murid-Nya. Mereka yang enggan bekerja untuk-Nya jangan pernah berpikir menjadi murid kebenaran, Alkitab tidak pernah mengajarkan orang diselamatkan lalu berpangku tangan.
Pertanyaan besar, apa yang diajarkan? Apa yang dikatakan dalam Mat 28:20? “ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu…” Para murid yang baru akan dituntun dalam tindakan aktif “Melakukan” dan yang dilakukan adalah “Segala sesuatu yang telah Dia perintahkan.” Saya waktu proses mula - mula mempelajari Alkitab, menafsirkan segala yang diperintahkan adalah Kasih. Kasih menjadi identitas seorang murid Yesus, namun berjalannya waktu mendapati hal yang lebih dalam. Kasih merupakan tabiat Yesus, bagaimana Yesus mengasihi Bapa dan taat sampai mati menggambarkan tabiat kasih yang sesungguh-Nya. Ketundukan dan ketaatan Yesus kepada Bapa memberi teladan terbaik dalam mengasihi Allah dan mengasihi manusia. Kasih bukan sekedar sikap baik tapi tabiat kebenaran yang dimiliki Kristus itulah yang membenarkan kita (imputed righteousness), identitas murid-Nya adalah tabiat-Nya ada dalam diri murid - murid (imparted righteousness). ”Kebenaran Kristus” ini perlu diajarkan kepada jiwa - jiwa yang baru, kebenaran Kristus yang membenarkan orang berdosa:
Rom 5:17 & 18
Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus.
Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup.
Saya tertarik mengunakan istilah “Iman Yesus” yang sinonim dengan “Kebenaran Yesus.” Iman bukan sekedar kata yang pasif (percaya saja) dan abstrak (tidak berwujud) namun kata Iman dalam perspektif ibrani אֱמוּנָה- emunah yang berarti “Kesetiaan/Ketaatan.” Kesetiaan/Ketaatan merangkul penuh arti Iman dimana ada “Percaya” dan “Menurut,” sesuatu yang diketahui dan dilakukan! bermakna “Aktif” dan “Konkret.”
Iman Yesus adalah Kebenaran Yesus, Iman yang teruji dan dimurnikan dalam api (tantangan dan kesulitan). Betapa kita perlu memiliki itu dalam konteks tantangan akhir jaman:
Wahyu 14:12 penting disini ialah ketabahan orang-orang kudus, yang memelihara perintah Allah dan iman Yesus (KJV).
Kita harus memelihara Iman Yesus! Namun jangan ceroboh berpikir "Iman Yesus" ini dapat kita duplikasi dengan sumber daya yang berasal dari manusia, secara realitas kita memang diajar oleh sesama manusia tapi secara dorongan “Perasaan Emosi dan Kehendak” adalah Karya Pribadi Roh Kudus. Iman Yesus dikerjakan didalam kita oleh kuasa dan karya pemeliharaan Roh Kudus secara progresif (progressive sanctification). Roh Kudus mengerjakan pembentukan Iman Yesus didalam kita itulah pengudusan, pengudusan itu objektif (mempunyai patokan objektif/role model)! Semakin hari semakin kita menduplikasi tabiat Sang Juruslamat. Memang selama didunia dimana setan masih hadir, sulit untuk memelihara 100% Iman Yesus didalam kita. Namun jangan berputus asa sebab pemenuhan tabiat Yesus ada dalam pengharapan kita yaitu saat 2nd Coming/parousia(kehadiran Tuhan, kedatangan dalam kemuliaan), itulah klimaks dari pemenuhan 100% dalam tubuh kemuliaan (glorification). Dari premis diatas anda kembali dapat melihat, begitu kuatnya keterlibatan Allah Tritunggal dalam keseluruhan karya keselamatan. Inilah pesan inti dari "Ajarlah," mengajar para murid - murid kebenaran tentang Iman Yesus yang dikerjakan oleh patner iman kita yaitu Sang Pribadi Roh Kudus. Ya dan Amen!
Demikian kesatuan proses “Pergilah Baptislah Ajarlah” untuk satu perintah “Jadikanlah Murid.” Amanat agung yang sangat sistematis dalam prakteknya dan begitu dalam tujuannya. Ada sebuah pesan indah dalam ayat penutup amanat agung:
καὶ(dan) ἰδοὺ(lihat) ἐγὼ(aku) μεθ᾿(bersama) ὑμῶν(mu) εἰμι(ada/eksis) πάσας(semua) τὰς ἡμέρας(hari)... Mat 28:20b"
(TB) Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa... Mat 28:20b
Sebuah pesan penguatan bagi yang siap bekerja diladang pemuridan, kita tidak sendirian melainkan Yesus bersama - sama dengan kita “Setiap Waktu.” Ia memperhatikan menopang dan menuntun kita setiap saat sampai kepada ujung zaman: …sampai kepada akhir zaman" Mat 28:20b. Jika Dia bersama - sama dengan kita, sudah tentu Dia sementara menopang kita. Sebab itu kita tidak boleh bersembunyi dibalik kallimat “Saya Tidak Punya Karunia.” Ingat ini adalah pekerjaan Tuhan bukan pekerjaan manusia, tentu Dia akan bertindak atas ketidakberdayaan kita bukan? Seperti musa yang dipanggil dan beralasan:
…kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah." Tetapi TUHAN berfirman kepadanya: "Siapakah yang membuat lidah manusia? Kel 4:10 & 11.
Presuposisi kita seharusnya “Tuhan memampukan,” bukan kita kekurangan karunia. Lagipula gereja Allah pakai menjadi sarana pendidikan yang mempersiapkan calon - calon pekerja-Nya bukan? kita dapat memaksimalkan alat bantu itu sembari memohon kuasa-Nya. Dengan selalu memohon kuasa-Nya lewat doa untuk menopang pelayanan, kita sedang bergantung penuh kepada pemilik pekerjaan tersebut (jangkauan keatas).
Inilah pesan dari amanat agung “Jadikanlah Murid” dengan cara “Pergi Baptis Ajar.” Menjangkau yang diluar menjangkau yang didalam serta menjangkau keatas memohon topangan-Nya.
Penulis Artikel: Adam Hiola (teolog awam)