Triwulan 4 Pelajaran 7, 2025.
Bacalah Yosua 18: 1, 2. Kegiatan apakah yang membuat Yosua menghentikan sementara proses pembagian negeri itu?
Setelah penjelasan tentang wilayah yang diberikan kepada dua suku terbesar di sisi barat Sungai Yordan dan setengah suku Manasye, perikop ini menggambarkan pertemuan jemaat di Silo, di mana tanah dibagi-bagikan kepada tujuh suku yang lebih kecil.
Pendirian tempat kudus, “Kemah-Ku,” merupakan penggenapan janji Allah untuk tinggal di tengah-tengah umat-Nya (Kel. 25: 8; Im. 26: 11, 12) dan mengungkapkan tema utama kitab ini: Kehadiran Allah di tengah-tengah Israel telah memungkinkan kepemilikan atas ngeri itu dan akan menjadi sumber berkat yang berkelanjutan bagi Israel, dan melalui mereka, bagi seluruh bumi (Kej. 12: 3). Penyembahan kepada Allah menjadi pusat perhatian dan prioritas utama, bahkan melebihi penaklukan dan pembagian tanah! Kehadiran tempat kudus, dan kemudian Bait Suci, seharusnya selalu membantu umat untuk menyadari kehadiran Allah di antara mereka dan kewajiban mereka untuk mengikuti perjanjian.
Bacalah Ibrani 6: 19, 20; Ibrani 9: 11, 12; dan Ibrani 10: 19–23. Apakah dari Kitab Yosua yang dapat kita pelajari sebagai orang Kristen yang tidak memiliki tempat kudus di dunia yang mengabadikan kehadiran Allah secara fisik di antara kita?
Kemunculan tempat kudus seharusnya tidak mengejutkan, karena tema tempat kudus telah hadir dalam narasi Yosua melalui tabut perjanjian. Tabut perjanjian adalah perabot utama di Ruang Maha Kudus, dan menandai dua bagian pertama dari kitab ini: penyeberangan dan penaklukan. Sekarang, dengan menempatkan pendirian Kemah Suci di titik fokus pembagian tanah, Yosua menunjukkan bahwa seluruh kehidupan Israel berpusat di sekitar tempat kudus, markas besar Yahwe di bumi.
Lebih penting lagi bagi kita, sebagai orang Kristen yang hidup pada kegenapan Hari Pendamaian, untuk memusatkan perhatian kita pada Bait Suci surgawi ketika kita melanjutkan pergumulan kita dengan berbagai raksasa modern (atau pasca modern) yang menantang iman, pengharapan, dan warisan rohani kita. Ketika kita terus-menerus bersandar pada karya Kristus yang telah digenapi di atas kayu salib dan di dalam Bait Suci surgawi, kita dapat menantikan dengan iman saat Allah sekali lagi akan tinggal di antara umat-Nya, tetapi kali ini untuk selama-lamanya. (Bandingkan dengan Why. 21: 3).
Pergi Ke Pelajaran:
Sabtu · Minggu · Senin · Selasa · Rabu · Kamis · Jumat