Triwulan 4 Pelajaran 5, 2025. 


Download Powerpoint




Senin, 27 Oktober 2025.

Hakim Agung


Bacalah Kejadian 18: 25; Mazmur 7: 11; Mazmur 50: 6; Mazmur 82: 1; Mazmur 96: 10; dan 2 Timotius 4: 1, 8. Apakah yang dikatakan oleh ayat-ayat ini tentang karakter moral Allah? Bagaimanakah peran Allah sebagai hakim atas alam semesta menolong kita untuk memahami pertanyaan tentang perang Ilahi?

Kekudusan karakter Allah berarti Dia tidak dapat menoleransi dosa. Ia sabar. Namun, dosa harus menuai konsekuensi akhirnya, yaitu maut (Rm. 6: 23). Yahwe menyatakan perang melawan dosa, di mana pun dosa itu ditemukan, baik di Israel maupun di antara bangsa Kanaan. Israel tidak disucikan dengan berpartisipasi dalam perang suci seperti halnya bangsa-bangsa lain (Ul. 9: 4, 5; Ul. 12: 29, 30), bahkan ketika perang tersebut menjadi sarana penghakiman Yahwe terhadap bangsa pilihan-Nya. Berbeda dengan bangsa Timur Dekat kuno lainnya, bangsa Israel mengalami kebalikan dari perang suci, yaitu ketika Allah tidak berperang untuk mereka tetapi melawan mereka, membiarkan musuh-musuh mereka menindas mereka (bandingkan dengan Yosua 7).

Keseluruhan konsep perang suci hanya dapat dipahami jika dilihat dalam terang aktivitas Allah sebagai hakim. Ketika dilihat dengan cara ini, perang penaklukan Israel memiliki karakter yang sama sekali berbeda. Berbeda dengan perang imperialistik yang bertujuan untuk meninggikan diri sendiri, yang sangat umum terjadi di dunia kuno (dan juga di dunia kita saat ini), perang Israel tidak dimaksudkan untuk meraih kemuliaan bagi diri mereka sendiri, melainkan untuk menegakkan keadilan dan damai Allah di negeri itu. Oleh karena itu, inti dari pemahaman tentang konsep perang suci adalah konsep kekuasaan dan kedaulatan Allah, yang dipertaruhkan dalam gambaran tentang Allah sebagai pejuang, seperti halnya dalam gambaran tentang Allah sebagai raja atau hakim.

Yahwe sebagai pejuang adalah Dia yang, sebagai hakim, berkomitmen untuk menerapkan, menstabilkan, dan mempertahankan aturan hukum, yang merupakan cerminan karakter-Nya. Gambaran Tuhan sebagai pejuang, yang serupa dengan gambaran hakim dan raja, menegaskan bahwa Yahwe tidak akan menoleransi pemberontakan terhadap tatanan-Nya yang telah ditetapkan untuk selama-lamanya. Oleh karena itu, kita dapat menegaskan bahwa tujuan dari aktivitas Yahwe bukanlah perang itu sendiri, atau kemenangan itu sendiri, tetapi penegakan kembali keadilan dan perdamaian. Pada akhirnya, menghakimi dan berperang, atau menegakkan keadilan, adalah hal yang sama jika Tuhan adalah pelaku dari tindakan tersebut.

Renungkanlah Allah sebagai hakim yang adil yang tidak dapat disuap dan tidak dapat dipengaruhi oleh keberpihakan. Bagaimanakah Allah yang tidak menoleransi dosa, penindasan, penderitaan kepada orang yang tidak bersalah, dan eksploitasi terhadap orang yang tertindas menjadi bagian tak terpisahkan dari Injil?



Pergi Ke Pelajaran:

Sabtu · Minggu · Senin · Selasa · Rabu · Kamis · Jumat


Penuntun Guru

Bagikan ke Facebook

Bagikan ke WhatsApp