Triwulan 3 Pelajaran 3, 2025.
Bacalah Keluaran 6: 29-7: 7. Bagaimanakah Tuhan menghadapi keberatan Musa?
Allah memperkenalkan diri-Nya kepada Musa sebagai Yahwe, yang berarti bahwa Dia adalah Allah yang pribadi dan dekat, Allah dari umat-Nya, dan Allah yang memasuki hubungan perjanjian dengan mereka.
Allah yang bermanifestasi ini kembali memerintahkan Musa untuk pergi dan berbicara dengan Firaun. Dengan rasa tidak percaya diri, Musa kembali mengajukan keberatan, "Bagaimanakah mungkin Firaun akan mendengarkan aku?" Di sini kita dapat melihat bukan hanya kerendahan hati Musa, tetapi juga keinginannya untuk keluar dari tugas yang sejauh ini tidak berjalan dengan baik. "Ketika Tuhan memerintahkan Musa untuk kembali kepada Firaun, Musa menunjukkan ketidakpercayaan diri. Istilah 'aral sepatayim'—secara harfiah berarti 'bibir yang tidak disunat', yang digunakan di sini untuk menyatakan kurangnya kemampuan Musa dalam berbicara (Kel. 6: 12, 30)-mirip dengan yang ditemukan dalam Keluaran 4: 10: ‘berat lidah""-Andrews Bible Commentary: Old Testament, "Exodus" (Andrews University Press, 2020), hlm. 205.
Tuhan dalam belas kasihan-Nya memberikan Harun untuk membantu Musa. Musa akan berbicara kepada Harun, yang kemudian akan berbicara di depan umum kepada Firaun; dengan demikian, Musa akan berperan sebagai Tuhan di hadapan raja Mesir, dan Harun akan menjadi nabinya.
Kisah ini memberikan definisi yang sangat baik untuk peran seorang nabi. Seorang nabi adalah juru bicara Allah; ia adalah corong-Nya untuk menyampaikan dan menafsirkan firman Allah kepada umat-Nya. Sebagaimana Musa berbicara kepada Harun, dan kemudian Harun mengumumkannya kepada Firaun, demikian juga Tuhan berkomunikasi dengan seorang nabi, yang kemudian memberitakan ajaran Tuhan kepada orang-orang. Hal ini dapat terjadi secara lisan, secara langsung; atau, seperti yang paling sering dilakukan, nabi menerima pesan dari Tuhan dan kemudian menuliskannya. Tuhan juga menjelaskan kepada Musa apa yang dapat ia harapkan dari pertemuan dengan Firaun. Dia memperingatkan Musa bahwa konfrontasi itu akan berlangsung tegang dan panjang. Untuk kedua kalinya Tuhan menekankan kepada Musa bahwa Firaun akan sangat keras kepala dan Dia akan mengeraskan hatinya (Kel. 4: 21; Kel. 7: 3). Namun, hasilnya akan berakhir dengan sesuatu yang baik, karena “orang Mesir akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN” (Kel. 7: 5). Artinya, bahkan di tengah kekacauan yang terjadi, Tuhan akan dimuliakan.
Musa kehabisan alasan untuk tidak mengikuti apa yang Tuhan telah panggil untuk dilakukannya. Alasan apakah yang mungkin kita gunakan untuk keluar dari apa yang kita tahu Allah ingin kita lakukan?
Pergi Ke Pelajaran:
Sabtu · Minggu · Senin · Selasa · Rabu · Kamis · Jumat