Triwulan 3 Pelajaran 2, 2025.
"Malaikat TUHAN" menampakkan diri kepada Musa dalam nyala api "dari semak duri" (Kel. 3: 2). Tuhan Yesus sendiri yang berbicara kepada Musa "dari tengah-tengah semak duri" (Kel. 3: 4).
Jangan bingung dengan sebutan "malaikat TUHAN" sebagai penggambaran Yesus Kristus. Istilah malaikat itu sendiri berarti “utusan" (bahasa Ibrani mal'akh), dan selalu tergantung pada konteksnya apakah malaikat ini ditafsirkan sebagai manusia atau Ilahi (lihat Mal. 3: 1). Ada banyak contoh dalam Alkitab di mana "malaikat TUHAN" merujuk kepada pribadi Ilahi (pelajari, misalnya, Kej. 22: 11, 15-18; Kej. 31: 3, 11, 13; Hak. 2: 1, 2; Hak. 6: 11-22; Zak. 3: 1, 2). Malaikat Tuhan ini tidak hanya berbicara atas nama Tuhan, tetapi Dia adalah Tuhan sendiri. Yesus adalah utusan Tuhan untuk menyampaikan Firman Bapa kepada kita.
Bacalah Keluaran 3: 7-12. Bagaimanakah Allah menjelaskan kepada Musa mengapa Ia ingin campur tangan atas nama bangsa Israel yang diperbudak di Mesir?
Penderitaan umat Allah di Mesir digambarkan dengan penuh warna sebagai rintihan dan jeritan minta tolong. Allah mendengar jeritan mereka dan merasa prihatin (Kel. 2: 23-25). Dia menyebut mereka “umat-Ku" (Kel. 3: 7). Artinya, bahkan sebelum Sinai dan pengesahan perjanjian, mereka adalah umat-Nya, dan Ia akan membuat mereka tinggal dan makmur (jika mereka mau taat) di Tanah Kanaan seperti yang telah Ia janjikan kepada nenek moyang mereka.
Tuhan berkata kepada Musa bahwa Dia mengutusnya kepada Firaun untuk sebuah tugas khusus: "Jadi sekarang, pergilah. Aku akan mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir" (Kel. 3: 10). Sekali lagi, Tuhan menyebut mereka "umat-Ku."
Betapa besar tugas yang diberikan Allah kepada hamba-Nya! Oleh karena itu, Musa menanggapi dengan sebuah pertanyaan: "Siapakah aku ini?” Dengan memahami pentingnya apa yang akan terjadi dan apa perannya dalam semua ini, Musa bertanya-tanya mengapa orang seperti dirinya yang dipilih. Di sini, sejak awal, kita melihat indikasi karakternya, kerendahan hatinya, dan perasaannya bahwa ia tidak layak untuk melakukan apa yang dipanggil untuk dilakukannya.
Mengapa kerendahan hati, dan rasa "ketidaklayakan" kita, begitu penting bagi siapa pun yang ingin mengikut Tuhan dan melakukan apa pun bagi-Nya?
Pergi Ke Pelajaran:
Sabtu · Minggu · Senin · Selasa · Rabu · Kamis · Jumat