Triwulan 3 Pelajaran 2, 2025.
Bacalah Keluaran 4: 18-31. Bagaimanakah kita memahami kisah yang aneh ini, dan pelajaran apa yang dapat kita ambil darinya?
Para pelajar Alkitab akan terkejut ketika mereka membaca bahwa, setelah Musa menaati Tuhan dan memulai perjalanannya kembali ke Mesir, Tuhan “berikhtiar untuk membunuhnya” (Kel. 4: 24). Dari konteks cerita ini, jelaslah bahwa masalahnya adalah sunat. Putra bungsunya tidak disunat, seperti yang dituntut oleh perjanjian Abraham (Kej. 17: 10, 11).
Musa, sebagai pemimpin umat Allah, harus menunjukkan ketundukan dan ketaatannya yang sempurna kepada Allah, agar ia memenuhi syarat untuk memimpin orang lain untuk taat. Dia harus menjadi teladan penyerahan diri yang total kepada Allah. Istrinya, Zipora, adalah seorang wanita yang bertindak dan menyunat putranya untuk menyelamatkan nyawa suaminya. Dia menyentuh Musa dengan "kulit khatan yang berdarah”, dan darah ini melambangkan penebusan, kehidupan, dan pemeteraian perjanjian. Fakta bahwa hal itu dilakukan dengan begitu cepat menambah drama dari situasi tersebut.
Pelajaran penting yang bisa dipetik dari episode ini: jangan pernah gagal untuk melakukan apa yang kita tahu itu benar.
"Dalam perjalanan dari Midian, Musa telah menerima satu amaran yang mengherankan dan menggentarkan tentang kemarahan Allah. Seorang malaikat menampakkan diri kepadanya dalam sikap yang mengancam seolah-olah ia dengan segera akan membinasakannya. Tidak ada keterangan yang diberikan; tetapi Musa dapat mengingat bahwa ia telah mengabaikan salah satu dari tuntutan-tuntutan Allah ia telah melalaikan untuk melaksanakan sunat bagi anaknya yang bungsu. Ia telah gagal untuk memenuhi syarat oleh mana anaknya dapat memperoleh hak terhadap berkat-berkat perjanjian Allah dengan Israel; dengan satu kelalaian seperti itu di pihak pemimpin mereka yang terpilih itu akan melemahkan kekuatan peraturan-peraturan Ilahi terhadap umat-Nya. Zipora, merasa takut bahwa suaminya akan dibunuh, telah melaksanakan upacara penyunatan itu oleh dirinya sendiri, dan malaikatpun kemudian mengizinkan Musa untuk melanjutkan perjalanannya. Di dalam tugasnya menghadap Firaun, Musa ditempatkan dalam satu keadaan yang amat berbahaya; hidupnya dapat dipelihara hanya melalui perlindungan malaikat-malaikat suci. Tetapi apabila ia hidup dengan satu kelalaian terhadap tugas yang diketahuinya, ia tidak akan selamat; oleh karena ia tidak dapat dilindungi oleh malaikat-malaikat Allah” - Ellen G. White, Para Nabi dan Bapa, hlm. 264, 265.
Apakah yang seharusnya dikatakan oleh cerita ini kepada Anda jika Anda memang bersalah karena mengabaikan apa yang seharusnya Anda lakukan? Perubahan apakah yang perlu Anda lakukan, bahkan saat ini juga?
Pergi Ke Pelajaran:
Sabtu · Minggu · Senin · Selasa · Rabu · Kamis · Jumat