Berita Misi Advent, 20 Juli 2024.
Zarrah, dari Dominika.
Zarrah yang berusia dua puluh satu tahun telah mengakui bahwa dirinya adalah seorang pengikut Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh sejauh yang ia ingat. Ia tidak dibesarkan di sebuah rumah tangga Advent. Ia tidak bersekolah di sekolah Advent. Tetapi penga suhnya adalah seorang Advent dan mulai membawanya ke gereja saat dia berusia 3 tahun.
Zarrah senang pergi ke gereja bersama pengasuhnya, yang ia panggil Bibi Freda.
Di gereja, ia belajar cerita-cerita Alkitab dan menghafal ayat-ayat Alkitab.
Ketika pulang, ia membacakan ayat-ayat Alkitab kepada ibunya.
Ibunya tidak hafal ayat-ayat Al kitab, dan dia terkesan mendengar gadis kecil itu mengulang-ulang ayat-ayat Alkitab.
Ibunya mendorong Zarrah un tuk terus pergi ke gereja Advent.
Tetapi ketika Zarrah memasuki usia sekolah, ibu mendaftarkan put rinya ke sekolah dasar yang dikelola oleh gerejanya sendiri. Pada saat itulah terjadi sebuah persoalan.
Zarrah langsung menolak pera turan sekolah yang mengharuskan anak-anak membaca doa kepada Maria, ibu Yesus.
Kepala sekolah terkejut. Namun ketika sang ibu menjelaskan bahwa Zarrah pergi ke gereja Advent, kepala sekolah tidak memaksa Zarrah untuk membaca doa tersebut. Kepala sekolah bahkan mengatakan ke pada para guru untuk tidak meng ganggu Zarrah atas keyakinannya.
Empat tahun berlalu.
Namun, seorang guru baru me marahi Zarrah ketika ia melihat semua anak kecuali dia membaca doa tersebut di sebuah acara sekolah.
“Mengapa kamu tidak melaku kannya?” Tanyanya kepada gadis berusia 8 tahun itu.
“Saya seorang penganut Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh,” kata gadis itu.
Sang guru tidak peduli dengan alasannya.
“Peraturan sekolah adalah kamu harus membaca doa,” katanya. “Kamu harus mematuhi peraturan sekolah.”
Zarrah mulai menangis.
Sesampainya di rumah, ia menceritakan apa yang telah terjadi kepada ibunya.
Kemudian ibu menjadi marah. Ia menelepon kepala sekolah dan keesokan harinya datang ke sekolah untuk berbicara dengannya.
Sekarang giliran kepala sekolah yang marah. Ia berbicara dengan tegas kepada guru tersebut.
Guru tersebut akhirnya tidak lagi memarahi Zarrah, tetapi ia menemukan cara lain untuk mem persulit hidup Zarrah. Jika Zarrah mengangkat tangan untuk men jawab pertanyaan di kelas, guru tersebut tidak mau menghiraukan nya. Guru tidak akan memanggil Zarrah meskipun hanya tangannya yang terangkat.
Zarrah merasa sangat tidak nya man pergi ke sekolah dan bertemu dengan gurunya.
Dia menceritakan apa yang terjadi kepada ibu, dan ibu memu tuskan untuk memindahkannya ke sekolah Advent.
Tetapi ketika ibu menelepon Sekolah Dasar Advent Hari Ketujuh Ebenezer, ia mengetahui bahwa tidak ada tempat untuk murid baru. Ibu pun menolak untuk menerima jawaban tidak. Dia menjelaskan situasinya kepada kepala sekolah, dan Zarrah pun diterima sebagai murid baru.
Meskipun Zarrah tidak memi liki teman ketika ia tiba di sekolah, ia tetap bahagia. Ia dapat beriba dah sesuai dengan keyakinannya.
Setahun berlalu, dan Zarrah menyerahkan hatinya kepada Yesus dalam baptisan di sekolah. Kemudian ibu dan kakak perempuannya juga dibaptis.
Saat ini, Zarrah adalah seorang guru di sekolah Advent.
“Salah satu tujuan saya adalah untuk membantu anak-anak yang bergumul dalam situasi yang seru pa dengan saya,” katanya.
Di rumah, ia juga mengikuti teladan Bibi Freda. Dia membawa seorang gadis tetangga berusia 7 tahun ke gereja setiap hari Sabat, dan gadis itu kembali ke rumah untuk memberi tahu ibunya semua yang telah dia pelajari. Sang ibu ter kesan dan ingin agar putrinya terus pergi ke gereja bersama Zarrah.
Zarrah berkata bahwa penga lamannya adalah bukti dari kesetia an Tuhan.
“Kesaksian saya adalah bahwa ketika Anda berjuang untuk Tuhan, Dia akan berjuang untuk Anda,” katanya. “Selain itu, penting bagi Anda mengenal Yesus untuk diri Anda sendiri. Sekecil apa pun diri Anda, jika Anda dipanggil oleh Tuhan, jangan menolak panggilan itu. Utamakanlah Yesus.”
Sebagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu Sekolah Dasar Masehi Advent Hari Ketujuh Ebenezer untuk pindah ke gedung baru yang lebih besar di ibu kota Dominika, Roseau. Sekolah yang penuh ketika ibu Zarrah ingin mendaftar kan Zarrah, tetap ramai dan membutuhkan fasilitas yang lebih besar. Terima kasih telah merencanakan persembahan yang murah hati untuk membantu mewujudkannya.pada tanggal 29 Juni.