Berita Misi Advent, 15 Maret 2025.
Olivia, dari Korea Selatan.
Catatan: Pada triwulan ini, Divisi Asia-Pasifik Utara ber- fokus pada pelatihan anak-anak untuk men- jadi misionaris melalui proyek Sabat Ketiga Belas yang merencanakan pembukaan pusat pelatihan misionaris di Hankook Sahmyook Academy di Korea Selatan. Namun, seorang ibu di Korea Selatan mengatakan bahwa pela- tihan anak-anak untuk menjadi misionaris di- mulai di rumah. Dia memulai dengan putranya ketika dia baru belajar berbicara. Berikut ini adalah kisah bagaimana Olivia menanamkan Firman Tuhan dalam hati anak-anaknya.
Ketika David berusia 18 bulan, ibunya mulai membacakan empat buku kecil untuknya. Setiap buku berisi satu ayat Alkitab dengan gambar-gambar sederha- na. Buku pertama berisi Mazmur 1; buku kedua, Matius 5: 3–12, buku ketiga, Yohanes 14: 1–4, dan buku keempat, 1 Korintus 13. Ibu membacakan buku-buku itu ketika David bangun di pagi hari, dia membacakannya ketika David mau tidur di malam hari. Dia juga membacakannya di siang hari.
Hanya dalam waktu satu bulan, David kecil, yang baru belajar berbicara, telah menghafal keempat buku tersebut. Saat ini, David berusia 7 tahun, dan dia telah meng- hafal antara 350–400 ayat Alkitab.
Bagaimana hal itu bisa terjadi? Ibunya David, yang bernama Olivia Kim, terinspirasi oleh ibu mertuanya sendiri, yang mengajar empat anak angkatnya membaca dan menulis dengan menghafalkan ayat-ayat Alkitab. Olivia sangat tersentuh ketika me- lihat secara langsung bagaimana Alkitab mengubah hati anak-anak kecil. Ketika ia menjadi seorang ibu, ia ingin melakukan hal yang sama untuk putranya. Jadi, ia mulai membaca empat buku kecil yang dibuat oleh ibu mertuanya.
Ketika ia membaca, mata David mengikuti gambar-gambar dan telinganya mengikuti suaranya. Dia tidak mengatakan apa-apa. Dia tidak bisa membaca. Tetapi setelah satu bulan, ia telah menghafal buku-buku itu. Ketika ibunya menunjukkan sebuah gambar, dia mengenalinya dan mengulangi kata-kata di tiap halaman. Ibu kagum karena pada saat yang sama ia mulai berbicara dan membuat kata- kata dan kalimat yang bermakna.
Kemudian ibu membuatkan buku dengan Mazmur 121, Imamat 6: 4–9, Pekabaran Tiga Malaikat dalam Wahyu 14, Sepuluh Perin- tah Allah dalam Keluaran 20, dan berkat serta kutuk dalam Ulangan 28. Dia membacakannya kepada David selama 20–30 menit di pagi hari dan 20–30 menit di malam hari. Dia juga membacakannya di siang hari. David juga menghafal- kan kitab-kitab tersebut.
David dan ibu berpegang pada ayat-ayat Alkitab dalam kehidup- an sehari-hari. David bersekolah di sebuah taman kanak-kanak di mana gurunya terkadang mena- yangkan film kartun saat istirahat. Kartun-kartun Korea yang populer menampilkan hantu-hantu yang terlihat lucu dan tidak berbahaya, tetapi alur ceritanya bisa serius. Setelah menonton salah satu kartun tersebut, suatu malam David merasa takut dan berlari ke kamar tidur ibunya.
"Ibu, aku takut," katanya.
"Kenapa kamu takut?" Ibu bertanya.
"Aku teringat film kartun yang aku tonton hari ini," katanya.
"Jangan takut karena Tuhan bersamamu," kata ibu. "Rumah ini ada di bawah perlindungan Tuhan. Malaikat-malaikat menjaga kita. Mari kita membaca Mazmur 121 bersama-sama."
Ibu dan anak itu membaca Mazmur 121, yang dimulai dengan kata-kata, "Aku hendak melayang- kan mataku ke gunung-gunung, dari manakah datangnya perto- longanku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi."
Di lain waktu, David sedang mengalami masa-masa kenakal- an. Saat itu ia berusia 4 tahun dan sangat bersemangat setelah beribadah di sore hari. Ia tidak mau mencuci muka, menggosok gigi, atau membereskan mainannya. Ibu- nya sibuk dengan pekerjaan rumah tangga, mencuci piring, mencuci baju, dan merawat seorang bayi perempuan berusia 6 bulan. Saat itu sudah lewat satu jam dari jam tidurnya yang biasanya yaitu pukul 19.00. Sang ibu menjadi merasa frustasi karena David terus berma- in dan berlarian di sekitar rumah. Akhirnya, ia kehilangan kesabar- an dan berseru, "Mengapa kamu bertingkah seperti ini? Lakukan apa yang saya katakan! Kerjakan tugas-tugasmu!"
Anak laki-laki itu terdiam. Ibu hampir tidak pernah berbicara seperti itu. Dia menatap ibunya, dan ibu menatapnya. Ibu merasa menyesal telah meninggikan suara- nya. Ketika keduanya berdiri diam, 1 Korintus 13 muncul di benak ibu, dan ia mulai membacanya dalam hati, "Sekalipun aku berkata-kata dengan bahasa manusia dan ba- hasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, maka aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing." Kemudian dia melihat ke arah David dan melihat di matanya bahwa dia juga sedang menghafalkan 1 Korintus 13 di dalam pikirannya. Dia tersenyum. David pun tersenyum. Keduanya saling berpelukan. "Ma- afkan aku karena aku meninggikan suaraku," kata ibu. David tersenyum dan memeluknya lebih erat. Kemu- dian ia berganti piyama, menggo- sok gigi, dan pergi tidur.
Sekarang, David suka sekali menghafal Alkitab. Adiknya, Abigail, berusia 3 tahun dan sedang meng- hafalkan empat kitab pertama yang dihafalkannya. Ibu telah menghafal semua yang mereka hafalkan. Dia telah menemukan bahwa proses menghafal terjadi secara otoma- tis baginya ketika dia mengajar anak-anaknya.
"Saya sungguh-sungguh ber- harap bahwa ayat-ayat yang kami hafalkan hari ini akan diberitakan dengan berani dari bibir anak-anak saya suatu hari nanti ketika mereka menjadi misionaris bagi kerajaan Allah," katanya.
Berdoalah untuk Olivia dan seti- ap orang tua yang ingin menanam- kan Firman Tuhan dalam hati anak- anak. Berdoalah agar rumah-rumah ini menghasilkan banyak misionaris. Berdoa juga untuk pusat pelatihan misionaris yang akan dibuka dengan bantuan Persembahan Sabat Ketiga Belas pada triwulan ini di Hankook Sahmyook Academy di Korea Selatan. Terima kasih telah merencanakan persembahan yang murah hati pada tanggal 29 Juni.