Berita Misi Advent, 15 April 2023. 

Carmen, dari Spanyol.



Ditangkap Di Bandara.

Dua hari sebelum Carmen naik ke penerbangan internasional, dia bertelut di samping tempat tidurnya untuk meminta perlindungan Tuhan. Wanita muda itu, yang baru beranjak remaja, tidak berdoa selama bertahun-tahun. Dia tidak yakin mengapa dia merasa harus berdoa saat itu. Tetapi dia dipenuhi dengan keputusasaan, dan dia mencurahkan seluruh isi hatinya ke dalam doanya.

“Tuhan, tolong lindungi aku dan jaga aku,” doa Carmen. “Tuntun aku sebab aku melakukan ini karena kebutuhan yang mendesak. Tolong jangan biarkan polisi menangkap aku.”

Malam itu, dia bermimpi. Dia bermimpi bahwa polisi telah menangkapnya dan memborgolnya. Ketika dia bangun, dia menganggap mimpi itu tidak penting.

Sehari kemudian, dia naik pesawat untuk penerbangan panjang dari Brasil ke Spanyol.

Carmen gemetar selama penerbangan 12 jam. Dia ketakutan. Dia ingat bahwa dia telah mencoba melakukan perjalanan sebulan sebelumnya, tetapi semuanya tidak berhasil. Dia ingat bahwa ibunya telah mengatakan kepadanya berkali-kali, “Kembalilah kepada Tuhan sekarang selagi masih ada waktu.” Dia berdoa tanpa henti selama 12 jam.

“Tolong beri aku kedamaian,” dia berdoa. “Beri aku perlindungan. Tenangkan hatiku.”

Dia meminta Tuhan untuk membimbingnya.

“Tolong penuhi kehendak-Mu dalam hidupku,” katanya.

Setelah mendarat di Ibu Kota Spanyol, Madrid, Carmen memberikan paspornya kepada petugas imigrasi dan melewati pemeriksaan paspor tanpa masalah. Namun saat dia mengambil kopernya di area pengambilan bagasi, polisi menghentikannya.

“Ikuti kami,” kata seorang polisi.

Carmen mengikuti petugas ke sebuah ruangan, di mana dia diberi tahu bahwa kopernya telah diperiksa dan ditemukan sesuatu yang ilegal di dalamnya. Carmen diborgol.

“Anda ditahan,” kata seorang petugas.

Carmen ingat mimpinya. Dia diam-diam meminta Tuhan untuk pengampunan. Tetapi tidak ada lagi yang bisa dia lakukan. Polisi membawanya langsung dari bandara ke sel penjara.

Persidangan berlangsung sekitar empat bulan, dan Carmen dijatuhi hukuman enam tahun penjara.

Dia tidak punya keluarga di Spanyol. Dia tidak punya teman. Dia tidak mengenal siapa pun. Dia bertanya pada dirinya sendiri, “Mengapa hal-hal ini terjadi padaku? Kenapa saya di sini?” Itu adalah pengalaman yang menyakitkan. Dia dan banyak narapidana lain mengira mereka berada di penjara karena Tuhan sedang menghukum mereka. Sulit untuk memiliki harapan.

Suatu hari, seorang rekan narapidana mengundang Carmen untuk belajar Alkitab.

“Orang-orang baik dari gereja mengunjungi kami,” kata narapidana itu. “Mereka menawarkan pelajaran Alkitab. Ayo!”

Carmen pergi ke pendalaman Alkitab dan bertemu Julia dan Santosa, dua wanita anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dari kelompok 10 orang yang mengunjungi penjara secara teratur. Itu adalah pertemuan pertamanya dengan orang Advent.

Carmen menyukai wanita Advent. Dia merasa disambut dan diterima. Dia merasakan perlindungan. Saat mereka membaca Alkitab bersama, dia mulai merasakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Dia sangat suka membaca, “Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang; Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya. Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada- Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku” (Mazmur 23: 1–4).

Carmen merasa dia tidak sendirian. Dia mulai memiliki harapan.

Setelah memulai pelajaran Alkitab, hidupnya menjadi lebih baik dan lebih baik. Dia menerima pekerjaan yang didambakan di penjara, dan sebelum dia menyadarinya, dia dibebaskan karena berperilaku baik. Dia baru menjalani tiga tahun dari hukuman enam tahun.

“Sekarang saya bebas,” kata Carmen. “Hidup saya telah dipulihkan. Saya belajar di universitas dan melanjutkan hidup saya. Saya akan selalu menaruh kepercayaan saya pada Tuhan karena Tuhan yang pertama datang dalam hidup saya.”

Carmen secara teratur kembali ke penjara untuk menyemangati seorang teman yang dipenjara. Dia mengatakan kepadanya, “Kamu harus selalu berpegang pada Tuhan karena segala sesuatu mungkin dengan Dia.”

Carmen bersyukur kepada Tuhan bahwa dia masuk penjara. Dia mengatakan Tuhan mendengar doa ketakutannya dalam 12 jam penerbangan ke Spanyol. Sementara Tuhan tidak menjauhkannya dari penjara, Dia menjawab permohonannya agar Dia memenuhi kehendak-Nya dalam hidupnya. Dia membawanya ke dalam hubungan yang dekat dengan-Nya.

“Saya merasa sangat malu dengan kesalahan saya, tetapi saya ingin kisah saya menjadi pelajaran bagi orang lain,” katanya. “Ketika Anda meminta Tuhan untuk melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda, tunggu dengan sabar sampai Dia menjawab karena Dia akan melakukannya.”

Bagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas tiga tahun lalu pergi ke Sagunto Adventist College di Spanyol, di mana para siswa juga memberikan pelajaran Alkitab kepada para tahanan. Terima kasih atas persembahan misi Anda yang membantu menyebarkan harapan.




Bagikan ke Facebook

Bagikan ke WhatsApp