Berita Misi Advent, 14 September 2024.
Jahiquel, dari Kosta Rika.
Jahiquel adalah seorang anak laki-laki miskin yang tinggal di sebuah keluarga miskin di Kosta Rika. Saat tumbuh dewasa, dia tidak memiliki banyak hal. Namun saat berusia 16 tahun, dia mulai mengenakan rantai emas tebal di lehernya dan cincin emas di jari-jarinya.
Kelompok geng di lingkungannya menjadi curiga. Pemimpin geng, yang dijuluki "si Iblis," mengira Jahiquel mungkin mengedarkan narkoba tanpa persetujuannya. Dia menginstruksikan seorang anggota geng untuk menghubungi Jahiquel melalui media sosial dan bertanya, "Apakah kalung Anda terbuat dari emas asli?"
Jahiquel merasa bangga karena ia memiliki perhiasan emas asli, dan ia pun mengirimkan balasan satu kata, "Ya." Dia tahu bahwa pesan itu berasal dari seorang anggota geng. Dia pernah menjadi anggota geng tersebut, tetapi dia telah meninggalkannya untuk bergabung dengan geng lain. Sekarang, alih-alih menjual narkoba, dia merampok rumah dan melakukan penculikan untuk mendapatkan uang tebusan. Dia membeli perhiasan emasnya dengan uang hasil kejahatan dari geng tersebut.
Beberapa jam kemudian, pada pukul 7 malam, Jahiquel melihat anggota geng tersebut melaju dengan sepeda motor ke arahnya. Jahiquel sedang berdiri di luar rumah neneknya, di mana dia baru saja tiba untuk bermalam. Ia baru saja berjalan kaki dari rumah ibunya, tempat ia tinggal di siang hari.
Seorang anggota geng yang duduk di belakang sepeda motor adalah saudara laki-lakinya. Dalam keadaan takut, Jahiquel melihat saudara laki-lakinya mengangkat pistol 9mm dan mulai menembak. Dia mengenali pistol itu. Dia telah menjualnya kepada saudara laki-lakinya beberapa bulan sebelumnya.
Secara berurutan, delapan peluru menembus tubuh Jahiquel: dua di kakinya dan lima di dada dan perutnya. Dia jatuh ke tanah, ketakutan. Dia terlalu takut untuk berteriak atau bergerak. Berbagai pikiran memenuhi benaknya. Dia ingat, sebagai seorang anak lakilaki, dia diajari oleh bibinya yang merupakan seorang anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh untuk berdoa dan membaca Alkitab. Dia menyadari bahwa dia telah melakukan kesalahan dengan ikut serta dalam geng. Dia berdoa, "Tuhan, ampunilah saya."
Waktu seakan berhenti. Kemudian ia mendengar suara motor melaju kencang. Sebuah mobil lewat tetapi tidak berhenti. Nenek keluar dari rumah dan membungkuk menghampiri Jahiquel.
Mobil kedua datang dan berhenti. Dua orang keluar, meletakkan Jahiquel di dalam mobil, dan membawanya ke rumah sakit.
Jahiquel terbangun keesokan harinya pada pukul 3 sore. Alat bantu pernapasan terpasang di tubuhnya. Dia mendapat 23 jahitan di bagian tengah perutnya. Setelah itu, ia mengetahui bahwa ia hampir mati, anggota Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh dari gereja bibinya telah berdoa selama berjam-jam untuk keselamatannya. Sekarang dia masih hidup, dan itu adalah sebuah keajaiban.
Sejak hari itu, ia memutuskan untuk hidup bagi Yesus.
Tiga tahun kemudian, Jahiquel belajar untuk menjadi seorang tukang cukur. Dia membagikan kisahnya kepada anak-anak muda lainnya, mendorong mereka untuk menemukan makna hidup dari Tuhan dan bukan melalui geng. Dia mendorong mereka untuk mengisi pikiran mereka dengan hal-hal yang baik dan tetap dekat dengan Tuhan.
Dalam kehidupannya sendiri, dia menyesal telah mengisi pikirannya dengan hal-hal yang tidak berguna ketika remaja, dan dia percaya bahwa Tuhan akan mengisinya dengan hal-hal yang baik ketika dia menghabiskan waktu dengan mempelajari Alkitab. Lagi pula, Rasul Paulus berkata, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, supaya kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna" (Roma 12: 2).
"Saya ingin memikirkan hal-hal yang baik, dan saya tidak ingin mengingat masa lalu," kata Jahiquel. "Sekarang saya membaca Alkitab setiap pagi dan malam. Saya bangun lebih awal untuk berdoa. Ini adalah sebuah proses. Saya tahu bahwa dengan pertolongan Tuhan, saya bisa melangkah lebih jauh."
Dua saudara laki-laki yang menyerangnya tidak pernah diadili karena dia tidak mengungkapkan identitas mereka kepada polisi. Dia masih tinggal di lingkungan yang sama, dan dia mengerti bahwa melaporkan mereka akan membahayakan dirinya, ibunya, dan neneknya.
Sedangkan untuk perhiasan emasnya, dia kehilangan semuanya pada hari terjadinya penyerangan. Dia tidak tahu siapa yang mengambilnya, tetapi dia tidak keberatan. Dia telah menemukan bahwa harta yang sesungguhnya tidak bisa dilihat. Harta yang sesungguhnya adalah apa yang ada di dalam hatinya.
Kisah misi ini memberikan pandangan dari dalam tentang kehidupan di Kosta Rika dan tantangan misi di sana.
Sebagian dari Persembahan Sabat Ketiga Belas triwulan ini akan membantu membuka pusat pengaruh untuk membagikan kasih Yesus kepada anak-anak seperti Jahiquel, yang berisiko terpengaruh oleh narkoba dan geng di Kosta Rika.
Terima kasih telah merencanakan persembahan yang murah hati pada tanggal 28 September.