Bacaan Persembahan Advent, 2 Maret 2024.
Ayat Tema: “Jika Aku lapar, tidak usah Kukatakan kepadamu, sebab punya-Kulah dunia dan segala isinya” (Mazmur 50: 12)
Suatu hari seorang pengusaha menelepon seorang pengacara dan seorang akuntan dan meminta mereka untuk membuat beberapa perubahan pada dokumen perusahaannya. Dia ingin menunjukkan melalui dokumen-dokumen ini bahwa dia mengerti apa itu kesetiaan kepada Tuhan. Dia telah memutuskan bahwa Tuhan akan menjadi mitra bisnisnya, dan dia meminta para profesional ini untuk mengubah dokumen perusahaan sehingga nama Tuhan akan muncul sebagai mitranya di firma tersebut. Pengacara dan akuntan segera menyadari bahwa mereka menghadapi masalah besar karena, menurut hukum negara, seorang mitra harus menunjukkan nomor dokumen dan alamat tetap di negara tersebut. Sekarang, bagaimana mereka memberikan dokumen kepada Tuhan atau membuktikan alamat-Nya? Mereka kemudian kembali ke pemilik perusahaan dan membuktikan bahwa, secara hukum dan resmi, ini tidak mungkin.
Pria itu pulang dengan sedih melihat rencananya gagal, tetapi ketika dihadapkan pada ajaran Mazmur 50, dia akhirnya mengerti bahwa rencananya untuk memasukkan Tuhan sebagai mitra dalam perusahaannya sama sekali tidak sesuai dengan kenyataan. Dia menyadari bahwa dia ingin memberi Tuhan hak untuk menjadi mitranya di perusahaan, tetapi kenyataannya Tuhan memberinya hak untuk mencantumkan namanya di dokumen perusahaan yang sudah menjadi milik Tuhan. Kita mungkin tidak mengakui bahwa Tuhan adalah pemilik, tetapi itu tidak mengubah kebenaran bahwa Dia memiliki segalanya.
Ketika kita memahami prinsip itu, hubungan kita dengan kesetiaan berubah total. Kita sering mendengar panggilan berikut di gereja: “Dedikasikan waktu Anda, bakat Anda, dan sumber daya Anda untuk memenuhi kebutuhan gereja Tuhan.” Kita perlu melepaskan gagasan bahwa kita memiliki sesuatu dan bahwa kita perlu membantu pekerjaan Allah dengan harta milik kita. Kita sangat perlu memahami bahwa segala sesuatu yang ada di tangan kita adalah milik Tuhan melalui penciptaan dan penebusan. Itu sebabnya kita menggunakan ungkapan “mengembalikan persepuluhan dan persembahan” karena kita hanya memberi kembali kepada Dia yang memilikinya.
PANGGILAN: Saat Anda mengembalikan persepuluhan dan persembahan, tegaskan kembali keyakinan Anda bahwa Allah adalah pemilik dan berterima kasih kepada-Nya karena mengizinkan kita untuk berpartisipasi dalam pekerjaan-Nya dengan pemberian yang Dia tempatkan di tangan kita.