Artikel // Filsafat Kristen // Jumat, 14 Februari 2025



Kasih yang Menjangkau


Merenungkan Kasih Allah tidak lepas dari prinsip ‘Allah yang transenden (tak terhampiri)’ Yer 23:23 & 24, pencipta yang melampaui segala sesuatu (Ayub 36:26, Ayub 37:5 & 23). Ia melampaui akal mahluk ciptaan yang terbatas, apalagi daya pikir manusia telah terbelenggu oleh benalu dosa yang mustahil untuk menjangkau serta memahami dengan tuntas kasih Allah. Rasul paulus dengan sangat baik menegaskannya dalam “Ef 3: 18-19 …betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus, dan dapat mengenal kasih itu sekalipun ia melampaui segala pengetahuan...” Disatu sisi mustahil menjangkau Allah tapi disisi lain ada kerinduan untuk mengenal-Nya, seperti sebuah dilema bukan? tapi cerita tidak berakhir seperti itu. Allah yang kita percaya adalah Allah yang transenden sekaligus 'imanen (dekat)' Yes 57:15, Ia adalah Allah yang dekat sebab Ia menjangkau kita. Ia yang tak terbatas menjangkau kita yang terbatas, Dia berkenan menjangkau dan menyatakan diri-Nya kepada manusia. Lebih dalam bahwa Allah menyatakan diri-Nya demi kepentingan relasional, bukan sekedar pernyataan tentang eksistensi-Nya. Supaya kita bukan hanya tau tentang Dia tapi sekaligus menjalin relasi kasih dengan-Nya.

Dalam artikel ini pembaca diajak merenungkan tindakan kasih Allah yang dinyatakan dalam sejarah aktual manusia.

Wahyu Umum
Allah menyatakan keberadaan-Nya yang penuh kasih dengan berbagai cara. Alam ciptaan salah satu bukti, sistem kerja alam yang teratur sedemikian rupa memberi bukti adanya oknum cerdas sebagai perancangnya. Dunia tidak tercipta dari kebetulan yang tiba-tiba atau mengalami proses evolusi panjang, seakan-akan bumi yang primitif mengalami progres dengan cara mencari pola terbaik/seleksi alam. Sebaliknya dunia ini direncanakan dan diciptakan dengan keteraturan dari awalnya, manusia digambarkan sebagai mahluk cerdas dan mulia bukan manusia zaman batu yang primitif. Hanya saja keteraturan itu diinterupsi saat peristiwa dosa, sistem yang harmonis itu tergganggu dan berakibat kekacauan. Jika para ateis percaya dunia ini mengalami progresif, sebaliknya iman Kristen percaya bahwa dunia ini mengalami regresif (kemunduran). Meskipun saat ini dunia sedang keos dan mengalami kerusakan namun alam masih meninggalkan jejak keajaiban tangan yang Maha Kuasa (Mzm 19:2), kesaksian alamiah ini bahkan sudah cukup untuk menghakimi mereka yang menolak eksistensi Allah pencipta (Rom 1:18-20).

Inilah tindakan Allah mengkomunikasikan diri-Nya melalui alam ciptaan-Nya, konsep ini disebut wahyu umum atau wahyu alamiah yang ditujukan kepada semua orang.

Wahyu Khusus
Meski demikian, terdapat tantangan besar pada pendekatan alamiah untuk mengenal Allah secara pribadi. Alam memang dapat memberi jejak pencipta tapi tidak dapat sepenuh-Nya memberi petunjuk untuk membangun relasi dengan pencipta. Terlebih lagi oleh kerusakan yang terjadi akibat dosa dapat mendistorsi citra Allah. Hal ini mengantarkan kita pada cara Allah menjangkau manusia dengan sabda-Nya yang tertulis. Melalui para penulis kitab suci Allah mengkomunikasikan diri-Nya (Ibr 1:1), maksud-maksud-Nya, misteri kasih yang tidak terselami dan bahkan tidak pernah muncul dalam benak kita.

Allah yang tak terselami itu mengunakan bahasa manusia untuk menjangkau manusia, terkadang mengunakan ungkapan-ungkapan atau analogi-analogi manusiawi ketika mengkomunikasikan kasih-Nya. Dengan cara ini memungkinkan manusia boleh menangkap pesan ilahi, sebagai contoh: Allah digambarkan sebagai sosok bapa (Maz 103:13), sosok suami (Yes 54:5), sosok ibu (Yes 49:15). Ini adalah bahasa analogis bukan pernyataan ontologis (hakekat atau keapaan Allah), sehingga kita tidak perlu bertanya apa Allah itu punya gender pria atau wanita. Pernyataan analogis ini bertujuan untuk menegaskan sifat Allah seperti sifat tertentu dari manusia (antrophomorphisme). Seperti seorang ibu, Allah digambarkan sebagai oknum yang mengasihi memelihara mengayomi bahkan berkorban untuk anak-anaknya. Prinsip yang sama ketika Allah digambarkan dengan sifat atau prilaku tertentu manusia, sebagai contoh: Allah menyesal (Kej 6:6, 1 Sam 15:35). Kata menyesal mengasumsikan kesalahan yang tidak diharapkan, tapi bukan itu yang dimaksud ketika berbicara Allah menyesal. Lagipula kitab suci sendiri mengatakan Allah tidak menyesal (1 Sam 15:29, Bil 23:19), ini bukan kontradiksi. Allah menyesal adalah bahasa yang paling menjangkau akal dan perasaan manusia terhadap kesedihan Allah yang dalam, atas suatu peristiwa menyedihkan. Sekali lagi para nabi menulis ekspresi Allah dengan mengunakan bahasa manusia agar maksud ilahi yang melampaui akal boleh dapat tersampaikan, kuncinya kita perlu melihat dengan cermat penekanan apa yang ingin disampaikan.

Kitab suci adalah proses dimana Allah menjangkau manusia, inilah wahyu khusus. Allah mengkomunikasikan kasih-Nya bagi umat percaya.

Wahyu Hidup
Allah pencipta dan manusia yang memberontak terpisahkan oleh dosa, dosa adalah masalah serius. Allah adalah kasih (1 Yoh 4:8) dan didalam kasih-Nya terdapat keadilan (Yes 30:18). Bagaimana mungkin sang maha kasih tidak menindak pemberontakan manusia dengan adil? jika konsekuensi dari pemberontakan tidak diberikan maka Allah mengasihi sambil menutup setengah mata-Nya dari ketidak adilan. Ini tidaklah benar, sebab Allah sendiri mempertontonkan kasih-Nya yang penuh keadilan. Bagian ini mengantar kita kepada klimaks dari pengungkapan kasih Allah kepada manusia melalui Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus sang wahyu hidup.

Wahyu alamiah dan kitab suci menolong kita mengenal Sang Pencipta, tapi tidak memadai untuk meruntuhkan dinding dosa yang memisahkan (dan memang fungsi kitab suci tidak dimaksudkan seperti itu). Status keberdosaan menghalangi kita berelasi harmonis dengan Allah dan praktik korban adalah solusi yang tergambar dalam kitab suci (Im 4:20, Im 19:22, Ibr 9:22). Bahkan sejak dosa pertama kali masuk kepada nenek moyang kita, praktik korban mulai diperkenalkan oleh Allah sendiri (Kej 3:21). Prinsip upah pemberontakan adalah maut tersirat dalam praktik korban, namun juga nampak ide substitusi dalam pengampunan Allah. Ide ini menjadi jelas dalam terang perjanjian baru: "Ibr 9:14 …betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup." Karena Yesus Kristus dinding dosa itu runtuh. Dosa manusia dibayar lunas melalui penderitaan Kristus, manusia dianggap benar karena hukum Allah tergenapi sempurna didalam ketaatan manusia Kristus (Yes 53:5,6,7 & 11). Pelayanan Kristus bagai jubah mulia yang dipakaikan kepada kita yang bertelanjang. Status manusia dipulihkan didalam Yesus Kristus, hubungan harmonis dapat kembali dijalin (Rom 5:17-19). Dari korelasi kitab suci (PL) dan pelayanan Kristus dapat ditarik kesimpulan bahwa sifat esensial Alkitab adalah proses penyingkapan nubuat dan persiapan, ide pokok Alkitab berbicara tentang siapa Yesus Kristus dan apa yang Dia lakukan atau yang biasa kita ringkas dengan istilah Injil (Luk 22:37; Luk 24:27 & 44-46; Yoh 5:39, Yoh 5:46, Yoh 19:28).

Allah bukan hanya menjangkau manusia melalui bahasa manusia, Firman-Nya yang hidup bahkan menjadi manusia demi menjangkau kita (Allah yang berkontekstualisasi). Allah menyatakan dan merealisasikan kasih-Nya berpuncak pada Yesus Kristus, sang wahyu hidup menjelaskan dengat mutlak kebagaimanaan kasih yang melampaui segala akal (Yoh 1:18). Misteri kasih itu tersingkap dalam Yesus Kristus Juruslamat kita (Yoh 3:16).

Allah Masih Aktif Menjangkau Kita
Jika Allah telah menyatakan kasih-Nya dengan mutlak, kenapa dunia masih seperti ini? Kenapa relasi harmonis di eden belum kunjung terealisasi? Ada banyak jawaban Alkitabiah untuk pertanyaan tersebut, salah satu yang memberi kita kejelasan adalah pelayanan Roh Kudus. Dia turut bekerja menjangkau sebanyak-banyaknya orang untuk dapat mendengar dan menghidupkan Injil Yesus Kristus. Pelayanan Roh Allah adalah kesempatan pertobatan manusia sebelum dunia dipulihkan kepada kondisinya semula (Yohanes 16:8).

Perenungan Ekstra
Penekanan yang perlu adalah Roh Kudus tidak memberikan mekanisme baru dalam penyingkapan diri Allah, Ia tidak menjadi tandingan bagi pelayanan Yesus. Justru pribadi Roh Kudus bersaksi tentang Kristus (Yoh 15:26), konten dari pelayanan Roh Kudus adalah penyingkapan kasih Allah didalam Yesus Kristus. Jika direnungkan lebih dalam bagaimana Allah Tritunggal bekerja maka nampak jelas karya keselamatan bersifat Trinitarian. Bapa mengutus Firman dan Firman mengutus Roh (Yoh 5:37, Yoh 15:26). Oleh karena itu Roh Kudus juga disebut Roh Kristus sebab Ia datang atas otoritas Kristus (Roma 8:9), Ia adalah wakil Kristus dibumi. Inilah salah satu keunikan Allah Tritunggal yaitu “Persekutuan Misi.” Jika ditinjau dalam segi "Persekutuan Kasih", Allah Tritunggal dengan sempurna menggambarkan relasi kasih yang kekal didalam diri-Nya (kasih yang intratrinitarian). Relasi kasih antara Bapa, Firman-Nya & Roh-Nya terjalin sejak kekekalan yang lampau. Bapa & Firman bersaksi tentang kasih Roh Kudus, Firman & Roh Kudus bersaksi tentang kasih Bapa, serta Bapa & Roh bersaksi tentang kasih Firman. Minimal 2 oknum bersaksi untuk 1 oknum adalah kesaksian yang kuat menurut kitab suci (Ul 19:15, Bil 35:30). Ketiga pribadi ilahi saling memberi kesaksian (1 Yoh 5:7). Oleh sebab itu dengan segala keyakinan kepada Allah Tritunggal kita dapat berkata: "Allah adalah kasih (1 Yoh 4:8; 1 Yohanes 4:16)." Jika ditinjau dalam segi "Persatuan", Allah Tritunggal juga menggambarkannya dengan sempurna. Adanya perbedaan pribadi namun satu didalam hakekat ilahi (kodrat/natur), kesetaraan yang satu dalam hakekat dan sama-sama kekal (Fil 2:6, Yoh 10:30). Dapat dibedakan tapi tidak dapat dipisahkan, pribadi yang saling mendiami/perikoresis (Yoh 14:10 & 11, Yoh 15:26). Kita mendapatkan keyakinan yang kokoh bahwa hanya Allah Tritunggal dengan sempurna menggambarkan dan mencontohkan “Persatuan, Persekutuan Kasih dan Misional” (bahkan itu terjadi sejak kekekalan).

Kesimpulan
Kita yang tidak mungkin menjangkau Allah, tapi sungguh mulia Allah Tritunggal yang penuh kasih menjangkau kita. Bapa masih terus aktif menjangkau manusia saat ini, Injil Yesus kristus masih terus dihantarkan oleh Roh Kudus untuk keselamatan manusia. Suatu kehormatan bahwa Allah Tritunggal mengajak kita untuk terlibat dalam pelayanan kasih ini dengan cara terlibat dalam pekabaran Injil Yesus Kristus (Mat 28:19 & 20).


Penulis Artikel: Adam Hiola (teolog awam)




Bagikan ke Facebook

Bagikan ke WhatsApp