Artikel // Kajian Teologi Praktika // Selasa, 27 April 2021
Sisa roti dan anggur perjamuan dikuburkan, sebab roti anggur perjamuan sudah benar - benar menjadi tubuh Kristus maka sisa - sisa roti anggur tersebut perlu dikuburkan.
Pernah mendengar ini digereja advent?
Atau anda yang bertugas untuk mengubur roti & anggur tersebut?
Apakah ini benar - benar yang dijelaskan Alkitab?
Atau ini spiritisme lokal yang menyusup dalam tubuh gereja?
-Luk 22:19 Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."-
-Luk 22:20 Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: "Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu.-
Ini satu dari beberapa argumen yang menjadi dasar liturgi perjamuan gereja katolik atau ekaristi, dimana hakekat roti dan anggur telah diTRANSUBSTANSIkan/diubah hakekatnya menjadi tubuh & darah Kristus secara literal/sungguh - sungguh.
Benarkah Alkitab bermaksud demikian?
Yang mengherankan paham transubstansiasi ini menyusup dalam tubuh gereja advent & lebih parah dengan menguburkan sisa roti anggur perjamuan yang bahkan tidak dilakukan gereja katolik sekalipun!
Premis pertama:
-Luk 22:19 Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: "Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku."-
Jika hanya memangkas frasa “Inilah Tubuh Ku” ini akan mengantarkan kepada praktik transubstansi, tapi jika membaca secara lengkap anda akan memahami maksud teksnya.
Lihat frasa “Yang Diserahkan” ini menjelaskan pekerjaan penebusan secara simbolis lewat “roti yang diserahkan”, simbol rohani bermakna “menyerahkan tubuh Nya” sebagai tebusan untuk manusia berdosa. Simbol rohani inilah yang kita rayakan sebagai simbol penebusan.
Lukas 22:19 tidak bermaksud mengatakan perubahan subtansi roti menjadi tubuh Kristus secara literal, melainkan roti dan anggur adalah simbol rohani mengenai pekerjaan penebusan untuk manusia berdosa.
begitu pula dengan anggur!
Premis ke dua:
-Yoh 6:53 Maka kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.-
Saya kira anda setuju dengan saya bahwa ayat ini merupakan paralel konteks dengan kisah perjamuan kudus.
Tapi jika anda menganut paham transubstansiasi, maka konsekuensi logis ayat diatas mengharuskan orang mengikuti sakramen perjamuan sebagai prasyarat keselamatan.
Bagaimana dengan Yohanes pembaptis, penjahat kayu salib yang percaya Yesus, Simon si saleh yang belum akan mati sebelum melihat Yesus dan beberapa tokoh lain yang tidak mengikuti sakramen perjamuan kudus?
Apakah mereka tidak selamat?
Anda tidak perlu menjawab, sebab mereka tentu saja diselamatkan karena mereka telah melakukan sakramen perjamuan kudus dalam kredo(pengakuan iman) mereka.
Kredo Yohanes: Yoh 1:29
Kredo Penjahat beriman dikayu salib: Luk 23:41-42
Kredo Simon: Luk 2:30
Sekali lagi, ini bermakna simbolis. Makan tubuh & minum darah Kristus, kaitan dengan roti anggur perjamuan adalah simbol penerimaan akan karya penebusan Kristus. Bermakna rohani bukan literal, reformator John Calvin menyebut perjamuan ini dengan sebutan "Makan Rohani (spiritual eating)."
Premis ke tiga:
-1 Kor 11:29 Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.-
Bagaimana dengan kutipan teks ini? bukankah ini bermakna roti dan anggur harus diakui sebagai makna ‘makan tubuh minum darah Kristus’ secara literal?
Pokok argumen kali ini adalah klausa "tanpa mengakui tubuh Tuhan."
Untuk bagian ini akan dijelaskan tidak hanya pada konteks narasinya, tapi juga melihat dari sudut gramatika/tatabahasa yunani(koine) karena untuk kasus ini diperlukan melihat teks aslinya.
Frasa ‘μη διακρινων - transliterasi: me diakrinon’ diterjemahkan LAI(lembaga alkitab indonesia) dengan terjemahan “tanpa mengakui.”
Yang pertama ini bukan terjemahan sesuai lexiconnya & kedua, LAI menerjemahkan dengan kontekstual tapi tidak kontekstual (gaya penerjemahan kontekstual tapi menerjemahkan diluar konteks).
1. Observasi lexicon.
‘διακρινων - transliterasi: diakrinon’ dari shoresh/akar kata ‘διακρίνω - transliterasi: diakrino’ adalah verba/kata kerja yang artinya: “buat pembedaan.”
Setelah masuk dalam kalimat, kata diakrino berubah diakrinon sebagai penyesuaian bentuk waktu/tense, hubungan/voice, realitas/mood & kasus/case. Sesuai elemen gramatikanya maka diakrinon artinya “subjek melakukan pembedaan/membedakan.”
Maka terjemahan yang tepat adalah:
-1 Kor 11:29 Karena barangsiapa makan dan minum tanpa membedakan tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya.-
(anda juga bisa cek terjemahan versi king james yang lebih sesuai berkaitan topik ini).
2. Observasi konteks dari narasi.
Perhatikan struktur narasi dalam perikop, tidak bicara soal hakekat dari roti & anggur. Tapi isu yang diangkat adalah tata krama dalam sakramen perjamuan. Agar orang yang mengikuti perjamuan membedakan antara makan supaya kenyang dan makan pada perjamuan kudus yang adalah sakramen yang suci demi mengingat karya keselamatan. Konteksnya soal etika liturgi bukan isu subtansi roti anggur sudah jadi tubuh darah Kristus secara literal maka harus dikeramatkan.
-1 Kor 11:34 Kalau ada orang yang lapar, baiklah ia makan dahulu di rumahnya, supaya jangan kamu berkumpul untuk dihukum...-
Premis ke empat, kutipan dari Roh Nubuat:
Peraturan upacara perjamuan kudus Tuhan yang berdasarkan Alkitab telah digantikan dengan upacara misa yang bersifat penyembahan berhala. Imam-iman kepausan berpura-pura, oleh penyamaran tak berperasaan, untuk mengubah roti dan anggur sederhana itu menjadi “tubuh dan darah Kristus.”—Cardinal Wiseman’s Lectures on “ The Real Presence” Lecture 8, sec. 3, par. 26. Dengan hujatan lancang mereka mengatakan bahwa mereka mempunyai kuasa penciptaan Allah, Pencipta segala sesuatu. Orang - orang Kristen dipaksa, disiksa sampai mati, untuk mengakui terus terang iman mereka dalam kemurtadan yang mengerikan dan menghinakan surga. Mereka yang menolak telah dilemparkan ke dalam nyala api.
[Kemenagan Akhir - 613]
Lihat secara eksplisit & kerasnya kritik terhadap prinsip transubstansi, dengan tindakan Konsekrasi/mengkhususkan roti anggur menjadi tubuh darah secara literal menjadikan manusia mempunyai kemampuan mencipta kehidupan seperti Allah dan ini sebuah penghujatan menurut kutipan Roh Nubuat. Ini juga kutipan lain menjelaskan roti anggur sebagai simbol peringatan tanpa prinsip transubstansiasi:
Bila kita menerima roti dan anggur yang melambangkan tubuh Kristus yang sudah dipecah-pecahkan dan darah yang sudah dicurahkan, maka dalam angan-angan kita menggabungkan diri dalam peristiwa Perjamuan Kudus di ruangan atas. Kita tampaknya sedang melalui taman yang disucikan oleh sengsara-Nya yang menanggung dosa dunia. Kita menyaksikan pergumulan yang olehnya perdamaian kita dengan Allah diperoleh. Kristus dinyatakan tersalib di antara kita.
[Kerinduan Segala Zaman - 302.2]
KESIMPULAN:
Tubuh & darah Kristus ditransubstansikan kedalam roti anggur TIDAK diajarkan dalam Alkitab! Jadi TIDAK mesti mengkultuskan/mengkramatkan roti perjamuan apalagi menguburkan sisanya, itu spiritisme! Kita menghormati sakramen dimana kita bersekutu dengan hadirat Allah dalam perjamuan serta mengingat karya penebusan-Nya, tapi tidak mengkramatkan artibut didalam perjamuan tersebut.
Bagaimana dengan sisa roti anggur perjamuan? Adakah tubuh darah Kristus jadi sisa? Sisa itu bukan simbol tubuh darah Kristus, sebab simbol tubuh darah Kristus melalui 2 tindakan yaitu “dalam sakramen DISERAHKAN & dalam sakramen DITERIMA(yang dimakan).” Maka yang menjadi simbol tubuh darah Kristus adalah roti anggur yang terikat konteks fungsinya yaitu yang diserahkan, diterima dan yang dimakan pada moment perjamuan. Sisanya tidak mewakili simbol tubuh darah Kristus yang bersifat rohani.
Adapun para moderat mengklaim bahwa 'menguburkan' adalah dibuang sebagai bentuk pencegahan agar terhindar dari penyalahgunaan sebab barang yang diasingkan dalam pelayanan, menariknya Alkitab mencatat sebaliknya untuk tidak dibuang (Yoh 6:4-13). Namun bicara hal teknis sebenarnya bicara varian solusi yang begitu banyak & hanya 1 solusi dikuburkah yang terpikir? Saya kira tidak, itu bentuk modifikasi yang cocok tapi bermuatan spiritisme yang melahirkan bentuk spitirisme baru seperti membungkus sisa roti dengan kain putih/kadang tisu sebelum dikubur & bahkan ada yang mendoakan sebelum dimasukan ke tanah.
Tanpa bermaksud menghakimi karena saya yakin mayoritas yang melakukannya tanpa mereka sadari bahwa ini keliru.
Namun jangan terburu - buru menghakimi gereja, sebab penyusupan praktik transubstansi dalam gereja advent bersifat subjektif dimana tidak semua gereja advent mempraktikan hal ini.
Lagi pula praktik ini tidak ada dalam rule gereja advent yang universal, bisa jadi ini adalah spiritisme lokal yang diadopsi & berkembang menjadi tradisi parasit yang numpang hidup ditubuh gereja advent lokal.
(tambahan: cek 28 doktrin Anda akan temukan perjamuan kudus sebagai simbol rohani guna peringatan karya penebusan tanpa prinsip transubstansiasi).
ide & penanggung jawab artikel: Adam Hiola